Langsung ke konten utama

LAPORAN PENELITIAN; PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI MELALUI STRATEGI PENGELOLAAN BAHAN BAKU


 Dr. S. Sukma Adnan, SE.M.Pd. Analisis Pengendalian Biaya Produksi Para pengusaha jok bekleding interoir automotif melalui strategi pengelolaan bahan baku di sentra jok mobil kebon sirih, CV. Classic Bekleding Jok Jakarta Pusat.



A b s t r a k s i

Tujuan penelitian adalah mencari alternatif yang paling efisien melalui strategi pengendalian bahan baku dengan menggunakan metode Fifo, Lifo dan Average dan melihat pengaruhnya terhadap Earning After Tax dalam konteks penelitian selama 5 tahun pada CV. Classic Bekleding Jok,  Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah tidak adanya evaluasi tentang pemakaian bahan baku sehingga pihak pengusaha tidak dapat mengetahui seberapa baiknya pemakaian bahan baku yang efisien atau bahkan sebaliknya karena perkembangan perusahaan saat ini dilakukan berdasarkan laba yang diperoleh bukan berdasarkan laporan persediaan bahan baku. Penelitian ini bersifat studi literatur argumentatif dengan menggunakan metode deskriptif evaluatif, yaitu mendeskripsikan hasil temuan penggunaan bahan baku yang paling efisien dan menghasilkan keuntungan yang paling baik.
Adapun temuan dari hasil penelitian ini dilihat dari laba yang diperoleh dari tahun 2010 sebesar Rp 219.397.500 , tahun 2011 sebesar Rp 226.042.650 , tahun 2012 sebesar Rp 234.531.360 , tahun 2013 sebesar Rp 245.334.681 , dan tahun 2014 sebesar Rp 258.466.743. sebagaimana menjawab dan membuktikan adanya pemecahan masalah berdasarkan rumusan masalah yang ada yaitu bagaimana  pemakaian bahan baku yang efisien dan sejauhmana pengaruhnya terhadap pencapaian laba bersih berdasarkan earning after tax, dan aktivitas berdasarkan dari  laporan keuangan yang disajikan dari tahun 2010-2014.  Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data laporan persediaan bahan baku dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Berdasarkan pada pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan analisis  metode Fifo, Average dan Lifo. Berdasarkan data penelitian dari perusahaan, maka dilakukan analisis pemakaian bahan baku selama periode 2010 sampai 2014 dan hasil perhitungannya dari ketiga metode tersebut memperlihatkan penggunaan bahan baku dengan metode Fifo yang lebih rendah biaya pemakaian bahan bakunya. Deskripsi hasil analisis pemakaian bahan baku dengan metode Fifo yaitu sebesar Rp 475.131.000 , sedangkan Average sebesar Rp 475.176.064 dan metode Lifo sebesar Rp 475.211.000. Sementara laba bersih yang diperoleh pertahun 2010 metode Fifo  sebesar Rp 220.714.650 , sedangkan Average sebesar Rp 220.633.535 dan Lifo sebesar Rp 220.533.300 begitu juga tahun 2011 sampai 2014 tidak berbeda jauh. Dari ilustrasi tersebut, metode Fifo yang paling efisien menghasilkan biaya produksi pada perusahaan dibandingkan dengan metode lainnya. Demikian juga dengan menggunakan metode FIFO ternyata menghasilkan laba bersih yang paling baik.

Kata kunci: Analisis persediaan dengan, metode fifo, Lifo dan average, Earning After Tax




I    PENDAHULUAN

 Persaingan ketat di sektor industri bekleding jok dan interior mendorong perusahaan bekleding jok dan interior memaksimalkan sumber daya yang dimiliki agar perusahaan dapa beroperasi secara optimal dan memperoleh laba yang optimal pula. Untuk dapat beroperasi secara optimal, maka perusahaan harus mampu merencanakan bahan baku yang efisien guna untuk melakukan kegiatan operasional perusahaan. Bahan baku merupakan investasi perusahaan pada aktiva lancar. Dengan adanya bahan baku yang cukup sangat penting bagi suatu perusahaan karena dengan bahan baku yang cukup itu memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin dan perusahhan tidak mengalami kesulitan atau menhadapi bahaya – bahaya yan mungkin timbul karena adanya kekeacauan keuangan. Akan tetapi adanya bahan baku yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif, dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan .
Efisiensi bahan baku pada perusahaan dapat diukur dengan menggunakan metode penghitungan FIFO, LIFO dan Average. Penilaian efisiensi dalam penggunaan bahan baku sangat bermanfaat bagi para pimpinan dan pemilik perusahaan guna untuk menciptakan keuntungan yang maksimal. Salah satu perussahaan yang saat ini ingin mengetahui dan menganalisa efisiensi dalam menggunakan bahan baku untuk mendapatkan laba yang maksimal perusahaan adalah CV. Classic Bekleding Jok yang berada di Kebon Sirih Jakarta Pusat berdiri tahun 1999 yang didirikan oleh bapak Engkos Suparnoto selaku pemilik perusahaan produksi bekleding jok dan interior tersebut. Berdasarkan wawancara dengan pimpinan perusahaan bahwa sejak tahun berdirinya sampai sekarang belum ada evaluasi tentang pemakaian bahan baku yang efisien sehingga didalam pengambilan keputusan mengalami kesulitan untuk mendapatkan keputusan yang akurat. Hal ini merupakan masalah karena pihak pengusaha tidak dapat mengetahui seberapa baiknya penggunaan bahan baku atau bahkan sebaliknya karena perkembangan perusahaan saat ini dilakukan berdasarkan laba yang diperoleh bukan berdasarkan laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu pimpinan perusahaan belum mengetahui sejauh mana persediaan dan piutang perusahaan mempengaruhi bahan baku dan juga keuntungan perusahaan. Berdasarkan hal tersebut maka pimpinan ingin mengetahui sejak tahun 2010 – 2014 tentang penggunaan bahan baku perusahaan sehingga judul Tugas Akhir ( TA ) ini adalah “Strategi Peningkatan Earning After Tax Melalui Penerapan Penggelolaan Bahan Baku dengan menggunakan metode FIFO, LIFO dan Average, di CV. Classic Jok Bekleding  Interior, Jakarta Pusat.“

II  LANDASAN TEORI


Setiap perusahaan yang memproduksi barang pasti akan membutuhkan persediaan untuk menjalankan proses produksinya. Tanpa adanya persediaan, perusahaan akan dihadapkan pada risiko bahwa perusahaan pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan yang memerlukan atau meminta barang atau jasa yang dihasilkan. Jadi persediaan sangat penting artinya untuk setiap perusahaan baik perusahaan yang menghasilkan suatu barang atau jasa. Pengertian persediaan menurut Assauri, Sofjan (1999: 169) adalah:”Suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaanya dalam suatu proses produksi”. Dapat dijelaskan bahwa persediaan merupakan suatu aktiva yang berupa barang-barang milik perusahaan yang tersedia untuk dijual, masih dalam proses produksi atau akan dipergunakan untuk produksi barang-barang jadi dalam rangka menjalankan kegiatan suatu usaha.


Setiap perusahaan perlu mengadakan persediaan untuk dapat menjamin kelangsungan hidup usahanya. Kelancaran proses produksi bertahap dari produk yang dikerjakan harus didukung oleh beberapa kegiatan yang penting, kegiatan tersebut sangat mempengaruhi kelancaran seluruh kegiatan operasi perusahaan Pengendalian persediaan merupakan salah satu kegiatan dari urutan kegiatankegiatan yang berkaitan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan. Pengertian pengendalian persediaan menurut Assauri, Sofjan (1999:176) dalam buku ”Manajemen Produksi dan Operasi” adalah: ”Sebagai suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari
persediaan parts, bahan baku dan barang hasil/produk, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhankebutuhan
pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien”. Pengedalian persediaan merupakan hal yang penting, karena jumlah persediaan masing-masing bahan akan menentukan atau mempengaruhi kelancaran produksi serta keefektifan dan efisiensi perusahaan tersebut. Jumlah atau tingkat persediaan yang dibutuhkan berbeda-beda untuk setiap perusahaan, tergantung dari volume produksinya, jenis pabrik dan prosesnya.

Bahan baku merupakan salah satu unsur yang paling aktif didalam perusahaan yang secara terus-menerus diperoleh, diubah yang kemudian dijual kembali. Sebahagian besar  dari sumber-sumber perusahaan-perusahaan juga sering dikaitkan dalam persediaan bahan baku yang akan digunakan dalam operasi perusahaan pabrik.
Bahan baku adalah bahan baku yang diolah menjadi produk bahan jadi dan pemakaian dapat diindentifikasikan secara langsung atau diikuti jejaknya atau merupakan integral dari produk tertentu..
Kelompok-kelompok Persediaan :
1.      Bahan Baku
Merupakan barang-barang yang diperoleh untuk digunakan dalam proses produksi. Beberapa bahan baku diperoleh secara langsung dari sumber-sumber alam. Namun demikian, lebih sering lagi bahwa bahan baku diperoleh dari perusahaan lain dan ini merupakan produksi akhir dari para pensuplai. Sebagai contoh, kertas cetak merupakan produk akhir dari pabrik kertas, akan tetapi merupakan bahan baku bagi perusahaan percetakan.
Meskipun istilah bahan baku dapat digunakan secara luas untuk menutup seluruh bahan baku yang dipergunakan dalam produksi. Sebutan acapkali dibatasi untuk barang-barang yang secara fisik dimasukkan dalam produk yang diproduksi. Istilah Bahan Pembantu Pabrik (factory suppliesatau Bahan Pembantu Produksi (Manufacturing Supplies), kemudian dipergunakan untuk menyebut bahan tambahan, yaitu bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi tetapi tidak secara langsung dimasukkan dalam produk. Minyak dan bahan bakar untuk peralatan pabrik, bahan pembantu pembersih, dan pos-pos serupa digolongkan dalam bentuk kelompok ini karena pos-pos ini tidak dimasukkan dalam suatu produk tetapi hanya membantu dalam produksi secara keseluruhan. Bahan baku yang secara langsung digunakan dalam produksi barang-barang tertentu disebut bahan langsung; bahan pembantu pabrik disebut bahan tidak langsung. (Akuntansi Intermediate Volume Komprehensif Edisi Kedelapan, Smith, Jay M., 1992).
2.      Barang-barang dalam Proses.
Barang-barang dalam proses terdiri dari barang-barang baru sebagian diporses dan perlu diperkerakan lebih lanjut sebelum dijual. Persediaan ini meliputi tiga unsur biaya yaitu :
a.       Biaya langsung.
b.      Upah langsung.
c.       Biaya tak langsung atau biaya overhead produksi (BOP).
Biaya bahan yang secara langsung di identifikasikan dengan barang-barang dalam produksi dikelompokan :
-           Biaya tenaga kerja langsung dapat di identifikasikan dengan barang-barang dalam produksi.
-          Biaya tidak langsung pabrik yang dapat dilekatkan pada barang-barang yang masih dalam produksi.
3.         Barang –barang jadi
Barang-barang selesai merupakan produk yang telah diproduksi dan menunggu dijual. Pada saat produk ini diselesaikan, biaya yang diakumulasikan dalam proses produksi ditransfer dari barang dalam proses ke perkiraan persediaan selesai.

Unsur dari harga pokok bahan baku yang dibeli adalah terdiri dari :
1.       Harga pembelian (harga yang tercantum dalam faktur pembelian)
2.       Biaya-biaya pembelian seperti biaya angkut
3.       Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku dalam keadaan siap untuk diolah.
Terdapat dua sistem yang dapat diterapkan untuk menentukan kapan pemesanan kembali diadakan, antara lain :
1.       Sistem Quantity Re-Order Point (Q/R system)
Jumlah persediaan yang diorder kembali sangat tergantung pada kebutuhan persediaan untuk proses konversi.
2.       Sistem Persediaan Periodik
Sistem ini merupakan cara pemesanan secara interval waktu konstan (setiap; minggu, bulan, atau triwulan, dsb), tetapi jumlah pesanan bervariasi tergantung pada berapa jumlah penggunaan bahan antara waktu pesanan yang lalu dan waktu pemesanan berikutnya.

Harga bahan baku dari waktu ke waktu ada kemungkinan tidak stabil, maka dari itu persediaan bahan baku digudang terdiri dari beberapa harga. Untuk mengatasi masalah beberapa harga  yang berbeda walaupun jenis bahan bakunya sama, perlu dilakukan metode penentuan harga pokok bahan baku pada saat akan memproduksi barang. Metode tersebut adalah :
1.    Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First-in, First-out) FIFO
2.    Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last-in, First-out) LIFO
3.    Metode Rata-rata (Moving Average Method)

3.        Metode FiFo
Metode Fifo atau disebut metode masuk pertama, keluar pertama metode ini menentukan biaya bahan baku dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang pertama masuk ke dalam gudang, digunakan untuk menentukan harga bahan baku yang pertama kali dipakai.
Metode ini juga mengasumsikan bahwa baran yang terjual karena pesanan adalah barang yang mereka beli. Oleh karenanya, barang – barang yang dibeli pertama kali adalah barang – barang pertama yang dijual dan sisa di tangan (persediaan akhir) diasumsikan unttuk biaya akhir. Karenanya untuk penentuan pendapatan, biaya – biaya  sebelumnya dicocokan dengan pendapatan dan biaya-biaya yang baru digunakan untuk penilaian laporan neraca. Metode ini konsisten dengan arus biaya aktual, sejak pemilik barang dagang mencoba untuk menjual persediaan lama pertama kali. FIFO merupakan metode yang paling luas digunakan dalam penilaian persediaan. Metode FIFO seringkali tidak nampak secara langsung pada aliran fisik dari barang tersebut karena pengambilan barang dari gudang lebih didasarkan pada pengaturan barangnya. Dengan demikian meode FIFO lebih nampak pada perhitungan harga pokok barang. Dalam metode FIFO, biaya yang digunakan untuk membeli barang pertama kali akan dikenali sebagai Cost of Goods Sold (COGS). Untuk perhitungan harga maka digunakan harga dari stok barang dari tranball rollsi yang terdahulu.
Metode FIFO (First-In First-Out) pertama kali dikenal dalam akuntansi keuangan sebagai salah satu metode dalam penilaian persediaan barang. Harga yang digunakan sebagai dasar dalam menilai persediaan barang dapat memakai harga lama atau harga baru. Pada metode FIFO, persediaan barang yang dikeluarkan untuk produksi atau dijual, nilainya didasarkan pada harga menurut urutan yang pertama masuk. Jadi, untuk penilaian pada persediaan barang yang tersisa, berarti harganya didasarkan pada harga baru atau harga urutan yang terakhir.

Metode Lifo atau disebut juga metode masuk terakhir keluar pertama, metode ini menentukan biaya bahan baku dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang masuk terakhir digudang, digunakan untuk menentukan harga bahan baku yang pertama kali di pakai.
Metode Lifo adalah membebankan biaya dari pembelian terakhir dan memberikan biaya yang tua di akun persediaan. Ada beberapa cara untuk menerapkan metode LIFO. Karena setia variasi menghasilkan, angka yang berbeda untuk biaya bahan baku yang dikeluarkan, biaya persediaan akhir dan laba, maka penting untuk mengikuti prosedur yang dipilih secara konsisten.
Dengan menggunakan metode LIFO, perusahaan akan menghasilkan laba yang kecil sehingga dapat melakukan penghematan pajak. Pada saa inflasi, perhitungan harga beli terakhir dibebankan ke operasi dalam periode kenailkkan harga sehingga mengurangi laba dan menghasilkan pengurangan pajak.
·         Kelebihan :
-          Mudah membandingkan cost sekarang dengan pendapatan sekarang Jika harga naik, harga barang konservatif.
-          Laba operasi tidak tercemar oleh untung/rugi fluktuasi harga.
-          Jika harga berfluktuasi , dapat meratakan laba tahunan.

·         Kelemahan :
-          bertentangan dengan aliran fisik sesungguhnya
-          Tidak menunjukkan potensi jasa yang sesungguhnya /cost yang sudah usang.

Metode ini menghitung harga pokok rata-ratanya dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya. Setiap kali terjadi pembelian yang harga pokok persatuannya berbeda dengan harga pokok satuan barang yang ada digudang, harus dilakukan perhitungan harga pokok rat-rata persatuan yang baru.
Dalam metode ini, jumlah harga pokok produk dalam proses awal ditambahkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan periode sekarang dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk menghasilkan harga pokok rata-rata tertimbang. Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama merupakan harga pokok kumulatif,yaitu merupakan penjumlahan harga pokok dari departemen satu ditambahkan dengan depar temen berikutnya yang bersangkutan.Metode harga pokok rata-rata adalah suatu metode penilaian persediaan yang didasari atas harga rata-rata dalam periode yang bersangkutan. Besar kecilnya nilai persediaan yang masih ada dan harga pokok barang yang dijual, dipengaruhi oleh metode yang dipakai dalam metode rata-rata adalah :
(1)            Sistem fisik yang dibagi menjadi metode rata-rata sederhana dan metode rata-rata tertimbang ;
(2)            Sistem perpetual (metode rata-rata bergerak).
Rumus yang digunakan pada metode rata-rata adalah sebagai berikut:
·         Metode rata-rata sederhana :
 Biaya perunit                            =  

·         Metode rata-rata tertimbang :
 Biaya perunit                      =   

·         Metode rata-rata bergerak :
Metode ini diselenggarakan dengan kartu persediaan dan harga pokok perunit persediaan selalu berubah setiap terjadi pembelian barang baru.

Harga pokok rata-rata  = 


III. METODELOGI PENELITIAN

Dalam rangka penyelesaian laporan penelitian ini, yaitu dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif evaluatif, yaitu melakukan kajian teoritik guna memperoleh sintesa tentang realita efektif dan efisiennya penggunaan bahan baku bagi perusahaan CV. Classic Bekleding Jok dan Interior, dengan menggunakan metode Fifo, Lifo dan Average, untuk itu diperlukan pengumpulan data berdasarkan satuan waktu terjadinya pembelian dengan tingkat harga yang berbeda-beda dan pengolahan mencoba untuk melihat pada tingkat inflasi atau deflasi yang mana menghasilkan keuntungan yang paling baik. Pada bab ini akan dilakukan langkah-langkah untuk pemecahan masalah seperti berikut;

3.1.  Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif berupa data persediaan bahan bak dan laporan keuangan dari tahun 2010-2014 terdiri dari laporan neraca dan laporan rugi laba.
Sumber data yang digunakan ada dua:
1.      Sumber data primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari perusahaan yang belum diolah orang lain.
2.      Sumber data sekunder
Yaitu data yang di dapat berdasarkan pihak lain atau data yang sudah diproses oleh pihak lain.  

Untuk memperoleh data maka digunakan metode sebagai berikut :
1.       Penelitian Kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan literatur atau buku – buku yang berhubungan dengan objek penelitian.
2.       Penelitian Lapangan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara langsung mengamati obyek yang diteliti, dengan cara:
a)      Wawancara Yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak terkait tentang informasi-informasi yang dibutuhkan untuk tugas akhir.
b)      PengamatanYaitu mengadakan pengamatan langsung pada tempat kejadian atau objek yang akan diteliti.


Metode pengolahan data dan analisis data menggunakan analisis metode penghitungan Fifo, Average (rata-rata), dan Lifo untuk membandingkan ketiga metode tersebut dalam rangka menciptakan laba yang maksimal, dan melakukan kaji banding terhadap pengalaman yang dilakukan oleh perusahaan.



4.1       ANALISA DATA
Untuk mengetahui metode penggunaan bahan baku yang baik dan berguna untuk CV. Classic Bekleding Jok dalam menciptakan laba yang maksimal, dengan menganalisa bahan baku perusahaan yaitu persediaan bahan baku dengan metode penelitian FIFO, LIFO dan AVERAGE (rata-rata).      
Bedasarkan dari data-data  yang diperoleh dari perusahaan CV. Classic Bekleding Jok, untuk melakukan strategi dalam penggunaan bahan baku yang efisien untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan, maka dilakukanlah analisis metode FIFO, LIFO dan AVERAGE (rata-rata) untuk dapat membandingkan ketiga (3) metode tersebut manakah yang dapat menciptakan laba yang maksimal bagi perusahaan.
Pada tabel dibawah ini data pemakaian bahan baku dengan metode-metode yang akan dibahas, sebagai berikut :
1.       Pemakaian bahan baku yng terdiri fari kulit asli, kulit sintetis dan busa sintetis dengan metode Fifo atau masuk pertama, keluar terakhir (first-in First-out), sebagai berikut :

Pemakaian Bahan Baku dengan Metode Fifo
HARGA
KULIT ASLI
Kulit sintetis
Busa sintetis
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
 2010 (Sm1)
             1
1.010.000
      1.010.000
             2
284.000
         568.000
           28
39.500
1106000
           80
1.050.500
    84.040.000
         160
295.500
    47.280.000
      2.240
39.500
88.480.000
           81

    85.050.000
         162

    47.848.000
      2.268

89.586.000
2010 (Sm2)
3
  1.050.500
      3.151.500
6
  295.500
      1.773.000
84
  39.500
      3.318.000
83,5
  1.075.000
    89.762.500
167
  310.000
    51.770.000
2338
  44.000
  102.872.000
86,5

    92.914.000
173

    53.543.000
2422

  106.190.000
Total

  177.964.000


  101.391.000


  195.776.000
2011 (Sm1)
0,5
  1.075.000
         537.500
1
  310.000
         310.000
14
  44.000
         616.000
96
  1.100.000
  105.600.000
192
  355.000
    68.160.000
2688
  47.500
  127.680.000
96,5

  106.137.500
193

    68.470.000
2702

  128.296.000
2011 (Sm2)
2
  1.100.000
      2.200.000
4
  355.000
      1.420.000
56
  47.500
      2.660.000
97,5
  1.100.000
  107.250.000
195
  355.000
    69.225.000
2730
  50.000
  136.500.000
99,5

  109.450.000
199

    70.645.000
2786

  139.160.000
Total

  215.587.500


  139.115.000


  267.456.000
2012 (Sm1)
1,5
  1.100.000
      1.650.000
3
  355.000
      1.065.000
42
  50.000
      2.100.000
100
  1.120.500
  112.050.000
200
  380.000
    76.000.000
2800
  50.000
  140.000.000
101,5

  113.700.000
203

    77.065.000
2842

  142.100.000
2012 (Sm2)
3
  1.120.500
      3.361.500
6
  380.000
      2.280.000
84
  50.000
      4.200.000
114
  1.140.000
  129.960.000
228
  400.000
    91.200.000
3192
  53.000
  169.176.000
117

  133.321.500
234

    93.480.000
3276

  173.376.000
Total

  247.021.500


  170.545.000


  315.476.000
2013 (Sm1)
1
  1.140.000
      1.140.000
2
  400.000
         800.000
28
  53.000
      1.484.000
126
  1.200.000
  151.200.000
252
  400.000
  100.800.000
3528
  56.500
  199.332.000
127

  152.340.000
254

  101.600.000
3556

  200.816.000
20103(Sm2)
2
  1.200.000
      2.400.000
4
  400.000
      1.600.000
56
  56.500
      3.164.000
131,5
  1.231.500
  161.942.250
263
  420.000
  110.460.000
3682
  56.500
  208.033.000
133,5

  164.342.250
267

  112.060.000
3738

  211.197.000
Total

  316.682.250


  213.660.000


  412.013.000
2014 (Sm1)
0,5
  1.231.500
         615.750
             1
  420.000
         420.000
14
  56.500
         791.000
157
  1.279.000
  200.803.000
         314
  440.000
  138.160.000
4396
  58.000
  254.968.000
157,5

  201.418.750
         315

  138.580.000
4410

  255.759.000
2014 (Sm2)
1
  1.279.000
      1.279.000
2
  440.000
         880.000
28
  58.000
      1.624.000
159
  1.300.000
  206.700.000
318
  440.000
  139.920.000
4452
  62.000
  276.024.000
160

  207.979.000
         320

  140.800.000
4480

  277.648.000
Total

  409.397.750


  279.380.000


  533.407.000


2.       Pemakaian bahan baku yang terdiri dari kulit asli, kulit sintetis dan busa sintetis dengan menggunakan metode Average atau rata-rata, sebagai berikut :
Rumus  yang digunakan dengan metode rata-rata bergerak:
Harga pokok rata-rata  = 
Pemakaian Bahan Baku dengan Metode Average
TAHUN
KULIT ASLI
Kulit sintetis
Busa sintetis
 Unit
 Harga
 Jumlah
 Unit
 Harga
 Jumlah
 Ball roll
 Harga
 Jumlah
2010
       81
   1.062.509
        86.063.223
     162
   302.682
    49.034.411
       2.268
      41.750
     94.689.000
    86,5
   1.062.509
        91.907.022
     173
   302.682
    52.363.908
       2.422
      41.750
   101.118.500
  167,5

      177.970.246
     335

  101.398.318
       4.690

   195.807.500
2011
    96,5
   1.099.937
      106.143.892
     193
   354.886
    68.493.013
       2.702
      48.744
   131.707.109
    99,5
   1.099.937
      109.443.703
     199
   354.886
    70.622.329
       2.786
      48.744
   135.801.630
     196

      215.587.595
     392

  139.115.342
       5.488

   267.508.739
2012
  101,5
   1.130.576
      114.753.495
     203
   390.308
    79.232.426
       2.842
      51.572
   146.566.925
     117
   1.130.576
      132.277.428
     234
   390.308
    91.331.959
       3.276
      51.572
   168.949.066
  218,5

      247.030.924
     437

  170.564.385
       6.118

   315.515.991
2013
     127
   1.215.701
      154.394.046
     254
   410.115
  104.169.195
       3.556
      56.487
   200.866.314
  133,5
   1.215.701
      162.296.103
     267
   410.115
  109.500.690
       3.738
      56.487
   211.146.874
  260,5

      316.690.149
     521

  213.669.885
       7.294

   412.013.188
2014
  157,5
   1.289.475
      203.092.294
     315
   439.969
  138.590.110
       4.410
      60.007
   264.631.154
     160
   1.289.475
      206.315.981
     320
   439.969
  140.789.953
       4.480
      60.007
   268.831.648
  317,5

      409.408.275
     635

  279.380.063
       8.890

   533.462.802


3.       Pemakaian bahan baku yang terdiri dari Kulit asli, kulit sintetis dan busa sintetis dengan metode Lifo atau disebut masuk terakhir,keluar pertama (Last-in, First-Out), sebagai berikut :         

Pemakaian Bahan Baku dengan Metode Lifo
TAHUN
Kulit asli
Kulit sintetis
Busa sintetis
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
Ball roll
Harga
Jumlah
2010
        81
  1.050.000
    85.050.000
162
   295.500
    47.871.000
  2.268
  39.500
    89.586.000
        84
  1.075.000
    90.300.000
168
   310.000
    52.080.000
  2.352
  44.000
  103.488.000
          2
  1.050.000
       2.100.000
4
   295.500
       1.182.000
        70
  39.500
       2.765.000
0,5
  1.010.000
          505.000
1
   284.000
          284.000



167,5

  177.955.000
335

  101.417.000
  4.690

  195.839.000
2011
    96,5
  1.100.000
  106.150.000
193
   355.000
    68.515.000
  2.702
  47.500
  128.345.000
        99
  1.100.000
  108.900.000
198
   355.000
    70.290.000
  2.772
  50.000
  138.600.000
       0,5
  1.100.000
          550.000
1
   355.000
          355.000
        14
  47.500
          665.000
     196

  215.600.000
392

  139.160.000
  5.488

  267.610.000
2012
  101,5
  1.120.500
  113.730.750
203
   380.000
    77.140.000
  2.842
  50.000
  142.100.000
     115
  1.140.000
  131.100.000
230
   400.000
    92.000.000
  3.220
  53.000
  170.660.000
       1,5
  1.120.500
       1.680.750
3
   380.000
       1.140.000
        42
  50.000
       2.100.000
       0,5
  1.100.000
          550.000
1
   355.000
          355.000
        14
  47.500
          665.000
  218,5

  247.061.500
437

  170.635.000
  6.118

  315.525.000
2013
     127
  1.200.000
  152.400.000
254
   400.000
  101.600.000
  3.556
  56.500
  200.914.000
     132
  1.231.500
  162.558.000

264
   420.000
  110.880.000
  3.696
  56.500
  208.824.000
          1
  1.200.000
       1.200.000
2
   400.000
          800.000
        28
  56.500
       1.582.000
       0,5
  1.100.000
          550.000
1
   355.000
          355.000
        14
  47.500
          665.000
  260,5

  316.708.000
521

  213.635.000
  7.294

  411.985.000
2014
  157,5
  1.279.000
  201.442.500
315
   440.000
  138.600.000
  4.410
  58.000
  255.780.000
     160
  1.300.000
  208.000.000
320
   440.000
  140.800.000
  4.480
  62.000
  277.760.000
  317,5

  409.442.500
635

  279.400.000
  8.890

  533.540.000

Berdasarkan data pemakaian bahan baku seperti kulit asli, kulit sintetis dan busa sintetis dengan tiga (3) metode yang terdiri dari metode Fifo (masuk pertama,keluar pertama), metode Average (rata-rata) dan Lifo ( masuk terakhir, keluar pertama), maka diadakanlah pembahasan perbandingan pemakaian bahan baku tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, Laporan harga pokok penjualan, laopran laba dan rugi dan neraca dengan ketiga metode tersebut. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat perbandingannya antara satu dengan yang lain, manakah pemakaian bahan baku yang lebih menguntungkan perusahaan, sebagai berikut :



PERBANDINGAN PEMAKAIAN BAHAN BAKU
TAHUN
FIFO
TOTAL
AVERAGE
TOTAL
LIFO
TOTAL
Kulit asli
Kulit sintetis
Busa sintetis
Kulit asli
Kulit sintetis
Busa sintetis
Kulit asli
Kulit sintetis
Busa sintetis
2010
     177.964.000
   101.391.000
     195.776.000
     475.131.000
   177.970.246
  101.398.318
  195.807.500
     475.176.064
  177.955.000
   101.417.000
 195.839.000
    475.211.000
2011
     215.587.500
   139.115.000
     267.456.000
     622.158.500
   215.587.595
  139.115.342
  267.508.739
     622.211.676
  215.600.000
   139.160.000
 267.610.000
    622.370.000
2012
     247.021.500
   170.545.000
     315.476.000
     733.042.500
   247.030.924
  170.564.385
  315.515.991
     733.111.300
  247.061.500
   170.635.000
 315.525.000
    733.221.500
2013
     316.682.250
   213.660.000
     412.013.000
     942.355.250
   316.690.149
  213.669.885
  412.013.188
     942.373.222
  316.708.000
   213.635.000
 411.985.000
    942.328.000
2014
     409.397.750
   279.380.000
     533.407.000
  1.222.184.750
   409.408.275
  279.380.063
  533.462.802
  1.222.251.140
  409.442.500
   279.400.000
 533.540.000
 1.222.382.500




Berdasarkan pada table perbandingan di atas, maka laporan keuangan perusahaan ada perbedaan dengan ketiga metode tersebut, sebab biaya bahan baku yang dikeluarkan atau dipakai berbeda-beda. Dari situ dapat di ketahui metode FIFO lebih menguntungkan dari metode lainnya. Dapat dibuktikan sebagai berikut :
a.       Strategi penggunaan bahan baku yang efisien untuk menciptakan keuntungan yang maksimal pembahasannya dikhususkan dalam mengelola pemakaian bahan baku, yaitu sampai dengan taraf penetapan harga pokok bahan baku. Pengelolaan bahan baku ini menggunakan metode FIFO, AVERAGE dan LIFO. Berdasarkan hasil analisis tampak jelas bahwa sejak dari tahun 2010 sampai dengan 2014 pemakaian bahan baku yang ditetapkan berdasarkan harga pokok pemakaian bahan baku hasilnya dengan metode FIFO yang menguntungkan dibandingkan metode lainnya.
b.      Sebagai ilustrasi pada metode FIFO total pemakaian kulit asli, kulit sintetis dan busa sintetis pada tahun 2010 sebesar Rp 475.131.000 sedangkan pada metode average totalnya sebesar Rp 475.176.064 dan metode LIFO sebesar Rp 475.211.500.
2.        Berhubung bahwa deskripsi dari kedudukan harga secara rata-rata, bahwa dengan menggunakan metode LIFO dimana harga pemakaian bahan baku lebih mahal. Untuk ketiga jenis bahan baku tersebut, maka dapat disintesiskan bahwa kedudukan tersebut terefleksi perekonomian pada keadaan inflasi dimana harga meningkat lebih tinggi.Analisis Perbandingan Harga Pokok Penjualan, Laba Rugi Dan Neraca
Berdasarkan pada tabel dibawah ini dapat dilihat metode manakah yang dapat menguntungkan yang maksimal bagi perusahaan, sebagai berikut :

Table 5. 5 Perbandingan Harga Pokok Penjualan, Laba-Rugi dan Neraca
Metode Fifo

TAHUN
FIFO
HPP
LABA RUGI
NERACA
AKTIVA
PASSIVA
2010
      705.802.500
  220.714.650
  890.571.000
  1.171.360.150
2011
      877.578.500
  231.996.150
  857.927.650
  1.269.946.150
2012
  1.017.593.300
  240.528.960
  856.026.581
  1.324.158.460
2013
  1.265.053.380
  252.702.756
  868.773.311
  1.486.921.256
2014
  1.605.485.830
  269.011.143
  703.430.743
  1.728.755.143

Table 5. 6 Perbandingan Harga Pokok Penjualan, Laba- Rugi dan Neraca
Metode Average


TAHUN
AVERAGE 
HPP
LABA RUGI
NERACA
AKTIVA
PASSIVA
2010
      705.892.628
  220.633.535
  890.525.936
    1.171.279.035
2011
      877.684.852
  231.900.433
  857.874.474
    1.269.850.433
2012
  1.017.730.899
  240.405.121
  855.957.781
    1.324.034.621
2013
  1.265.089.324
  252.670.406
  868.755.339
    1.486.888.906
2014
  1.605.618.610
  268.891.641
  703.364.353
    1.728.635.641

Table 5. 7 Perbandingan Harga Pokok Penjualan , Laba - Rugi dan Neraca
Metode LIFO


TAHUN
LIFO
HPP
LABA RUGI
NERACA
AKTIVA
PASSIVA
2010
      706.004.000
  220.533.300
  890.449.500
  1.171.178.800
2011
      878.123.000
  231.506.100
  857.594.650
  1.269.456.100
2012
  1.018.284.300
  239.907.060
  855.514.581
  1.323.536.560
2013
  1.265.510.880
  252.291.006
  868.288.561
  1.486.509.506
2014
  1.607.120.066
  267.540.331
  701.994.257
  1.727.284.331

Berdasarkan pada tabel diatas maka tampak jelas bahwa untuk metode Fifo, pada tahun 2010 Laporan Harga pokok penjualan (HPP) sebesar Rp 705.802.500 dan memberikan laba sebesar Rp 220.714.650 busa sintetistara untuk aktiva sebesar Rp 890.571.000 dan passiva sebesar Rp 1.171.360.150 , maka tampak jelas lebih menguntungkan metode Fifo dibandingakan dengan metode lainnya ditahun 2010. Demikianpun untuk tahun 2011 sampai dengan 2014 perbandingan Harga pokok penjualan (HPP) , Laba - Rugi dan Neraca lebih menguntungkan dengan menggunakan metode Fifo.
Jika metode Fifo, Average dan Lifo diperbandingkan dengan Harga pokok pemakaian bahan baku dan Laba bersih, maka akan terlihat pada tabel sebagai berikut :

Table 5. 8 Perbandingan Harga Pokok Pemakaian Bahan Baku dan Laba Bersih

TAHUN

METODE FIFO
METODE AVERAGE
METODE LIFO
Harga Pokok Pemakaian bahan baku
Laba Bersih
Harga Pokok Pemakaian bahan baku
Laba Bersih
Harga Pokok Pemakaian bahan baku
Laba Bersih
2010
                                           475.131.000
    220.714.650
                                          475.176.064
        220.633.535
                                          475.211.000
  220.533.300
2011
                                           622.158.500
    231.996.150
                                          622.211.676
        231.900.433
                                          622.370.000
  231.506.100
2012
                                           733.042.500
    240.528.960
                                          733.111.300
        240.405.121
                                          733.221.500
  239.907.060
2013
                                           942.355.250
    252.702.756
                                          942.373.222
        252.670.406
                                          942.328.000
  252.291.006
2014
                                        1.222.184.750
    269.011.143
                                       1.222.251.140
        268.891.641
                                       1.222.382.500
  267.540.331

Berdasarkan tabel diatas, dapat disintesiskan sebagai berikut :
3.         Bahwa harga pokok pemakaian bahan baku lebih rendah dengan menggunakan metode Fifo daripada menggunakan metode Average dan Lifo.
4.         Laba bersih yang diperoleh dengan metode Fifo lebih menguntungkan dibandingkan dengan menggunakan metode Average dan Lifo.
5.         Untuk presentase kenaikan pertahun (2010-2011) dengan  metode Fifo sebesar 30,94% untuk harga pokok pemakaian bahan baku dan laba bersihnya sebesar 5,11% sedangkan metode Average sebesar 30,94% untuk harga pokok pemakaian bahan baku dan laba bersihnya sebesar 5,10% dan untuk metode Lifo presentase untuk harga pokok pemakaian bahan baku sebesar 31% dan laba bersihnya sebesar 4,98%. demikianpun untuk tahun 2011-2014 presentase harga pokok pemakaian bahan baku dengan laba bersih tidak jauh berbeda. Maka sudah jelas bahwa dengan metode Fifo lebih dapat memaksimalkan keuntungan perusahaan.
6.         Berdasarkan perkembangan data dari tahun 2010 – 2014 baik menyangkut perkembangan harga pokok pemakaian bahan baku dan p[erolehan Earning After Tax dari metode Fifo, metode Average dan metode Lifo memberikan korelasi positif yaitu rata-rata sebesar 0,9970. Hal ini berarti bahwa baik dengan menggunakan metode Fifo, Average maupun metode Lifo secara rata-rata menghasilkan perkembangan harga pokok pemakaian bahan baku dan perolehan earning after tax memiliki korelasi yang positif dan sangat kuat yaitu sebesar 99,70 %. Secara sintesa dapat disimpulkan bahwa hubungan yang begitu kuat antar harga pokok produksi dengan menggunakan metode Fifo, Average dan Lifo dan perolehan earning after tax mendeskripsikan bahwa biaya-biaya produksi sangat kuat kontribusinya terhadap penciptaan earning after tax dibanding biaya administrasi umum dan biaya-biaya pemasaran, oleh sebab itu sangatlah tepat untuk masa depan lebih menfokuskan pemikiran terhadap efisiensi biaya produksi dibanding biaya pemasaran maupun biaya administrasi umum. 

V    KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1.            Berdasarkan analisis penggunaan bahan baku yang paling efisien ternyata hasil analisis memberikan gambaran adalah dengan menggunakan metode FIFO ternyata menghasilkan penggunaan bahan baku paling murah, artinya penetapan harga pokok yang paling murah. Adapun perbandingan analisis antara metode FIFO, Average dan LIFO dapat disimpulkan sebagai berikut;
2.           Dalam analisis dengan metode Fifo, Average dan Lifo bahwa :
a.       Metode Fifo
Dengan metode Fifo bahan baku yang terlebih dahulu masuk akan digunakan terlebih dahulu, maka biaya pemakaian bahan baku akan lebih rendah dan dapat lebih menguntungkan. Dengan metode fifo bahan baku yang masuk terlebih dahulu tidak akan mengalami penurunan kualitas, sebab tidak begitu lama di stock dalam persediaan bahan baku.
Berdasarkan dari data bahan baku perusahaan dengan menggunaan metode Fifo pada tahun 2010 Rp 475.131.000, tahun 2011 Rp 622.158.500. tahun 2012 Rp 733.042.500, tahun 2013 Rp 942.355.250 dan tahun 2014 sebesar Rp 1.222.1884.750. Serta laba bersih yang diperoleh dari tahun 2010 sampai dengan 2014 yaitu :  Rp 220.714.650 untuk tahun 2010, Rp 231.996.150 untuk tahun 2011, Rp 240.528.960 untuk tahun 2012, Rp 252.702.756 untuk tahun 2013 dan untuk tahun 2014 sebesar Rp 269.011.143.
b.      Metode Average
Dengan metode ini, diasumsikan bahwa biaya pemakaian bahan baku di rata-ratakan. Berdasarkan dari data bahan baku perusahaan CV. Classic Bekleding Jok dengan pemakaian bahan baku dengan  metode Average (rata-rata) dari tahun 2010 sebesar Rp 476.176.064, tahun 2011 Rp 622.211.676, tahun 2012 sebesar Rp 733.111.300, dan pada tahun 2013 sebesar Rp 942.373.222 serta pada tahun 2014 sebesar Rp 1.222.251.140. Dan laba bersih yang diperoleh dengan metode Average pada tahun 2010 sebesar Rp 220.633.535, tahun 2011 sebesar Rp 231.900.433 , tahun 2012 sebesar Rp 240.405.121 dan tahun 2013 sebesar Rp 252.670.406 dan tahun 2014 sebesar. Rp 268. 891.641.
c.       Metode Lifo
Dengan metode ini, bahwa biaya bahan baku yang masuk belakangan, akan dikeluarkan terlebih dahulu dan bahan baku yang masuk terlelbih dahulu menjadi stock persediaan bahan baku terus menerus. Dengan menggunakan metode ini biaya pemakaian bahan baku yang dipakai akan lebih mahal dibandingakan dengan metode Fifo dan Average.
Berdasarkan data pemakaian bahan baku pada CV. Classic Bekleding Jok bahwa dengan menggunakan metode Lifo dari tahun 2010 sebesar Rp 475.211.00, tahun 2011 sebesar Rp 622.370.000, tahun 2012 sebesar Rp 733.221.500, dan tahun 2013 sebesar Rp 942.328.000 dan tahun 2014 sebesar Rp 1.222.382.500 dan laba bersih yang diperoleh dengan menggunakan metode Lifo yaitu tahun 2010 sebesar Rp 22.533.300 , tahun 2011 sebesar Rp 231.06.100 , tahun 2012 sebesar Rp 239.907.060 dan tahun 2013 sebesar Rp 252.291.006 dan tahun 2014 sebesar Rp 267.540.331.
Dalam analisis ini dapat disimpulkan bahwa tampak jelas dengan menggunakan metode Fifo (masuk pertama, keluar pertama) lebih rendah biaya pemakaian bahan baku dan lebih  maksimal laba bersih yang diperoleh bagi perusahaan CV. Classic Bekleding Jok, dan dengan metode Fifo presentase pertahun dari harga pokok pemakaian bahan baku dengan laba bersih tampak jelas bahwa dengan metode Fifo lebih menguntungkan dibandingkan dengan metode lainnya.

Dari hasil analisis dan kesimpulan maka :
1.         Perusahaan sebaiknya mengevaluasi  pemakaian bahan baku dalam proses produksi dengan metode Fifo, Lifo dan Average sesuai dengan keadaan harga pasar yang terjadi saat ini.
2.          Perusahaan sebaiknya  lebih meningkatkan efisiensi dalam penggunaan bahan baku seperti bahan baku guna untuk mendapatkan laba yang maksimal. Hal ini berarti dalam rangka penetapan harga pokok penggunaan bahan baku seyogyanya perusahaan menselaraskan terhadap perkembangan harga beli yang berlaku pada periode yang bersangkutan.
3.        Perusahaan sebaiknya dapat memperluas promosi CV. Classic Bekleding Jok dalam produknya  bekleding jok dan interior, untuk lebih dapat lebih meningkatkan penjualan produk bekleding jok dan interior dan akan mendapatkan laba yang lebih besar lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Irham, Fahmi. 2014. Analisis Laporan Keuangan, cetakan keempat, Bandung : Alfabeta,CV
Manahan, P, Tampubolon. 2013. Manajemen Keuangan (Finance Management), ,Jakarta : Mitra Wacana Media.
Patricia M. Buhler, 2001 Alpha Teach Yourself Management Skills in 24 Hours (Indianapolis: Alpha Book,)
Phillip L. Hunball roller, 2001,  Training in Management Skills New Jersey: Prentice-H
Paul Hersey & Kenneth H. Blanchard, 1988, Management of Organizational Behavior (New Jersey: Prentice Hall, 19881)
Ricky W. Griffin, 1997, Management , New Delhi: A.I.T.B.S. Publishers & Distributors,
S, Munawir. 2012. Analisa Laporan Keuangan, edisi keempat, Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.
V. wiratna, Sujarweni. 2015. Akuntansi Biaya, Yogyakarta : Pustaka baru Press.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

INSTRUMEN PENELITIAN MOTIVASI INTENSITAS BELAJAR SISWA

K U E S I O N E R MTOIVASI INTENSITAS BELAJAR SISWA 1.        Saya membuat kebijakan untuk memperhatikan istirahat belajar agar siswa tidak mengalami kejenuhan Selalu Sering Jarang Jarang Sekali Tidak Pernah 2.        Saya menciptakan metode motivasi persuasive kepada sioswa agar mereka rajin belajar Selalu Sering Jarang Jarang Sekali Tidak Pernah 3.        Saya memberikan tugas tambah-an kepada siswa selain dari guru mereka Selalu Sering Jarang Jarang Sekali Tidak Pernah 4.   ...

Tata Kelola Keuangan Negara

I.       PENDAHULUAN Bangkitnya era reformasi bangsa Indonesia pada tahun 1998 yang ditandai oleh adanya pergantian kepemimpinan pemerintahan negara Indonesia dan merubah seluruh tatanan kehidupan bangsa telah membawa kehidupan bangsa Indonesia kearah perubahan paradigma secara multi kompleks, termasuk perubahan paradigma dari tatanan keuangan negara yang transparan, profesional dan akuntabel. Reformasi pengelolaan keuangan negara ini mencakup adanya keleluasaan di dalam pengurusan keuangan negara, baik pengurusan keuangan negara di pusat dan khususnya lebih terasa bagi pemerintahan daerah dalam rangka mengelola sumber pendapatan dan membelanjakannya sesuai dengan APBD/APBN yang disyahkan oleh KL/DPRD. Berdasarkan keleluasaan dalam pengelolaan keuangan negara maka terjadi pula perubahan paradigma pengawasan yang semula dilakukan secara vertikal dan bercirikan sentralistis, hirarkis maka berubah menjadi horizonta...

PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER 1.            Pada halaman berikut ini kami sampaikan kepada Bapak/Ibu beberapa pernyataan yang menggambarkan persepsi, pengalaman, sikap dan perilaku individu kapasitas Bapak/Ibu sebagai pimpinan untuk dapat di pakai mengukur   Produktivitas kerja karyawan yang ideal 2.            Isi dan pilihlah alternative jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai berdasarkan persepsi dan pengalaman kerja. Untuk memberikan jawaban atas pernyataan dalam kuesioner ini disediakan alternative jawaban yang berskala Likert, pada Tabel berikut ini: Pilihlah salah satu jawaban sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 1.       Saya selalu dapat memanfaatkan waktu kerja yang disediakan dalam melaksanakan tugas. a.    Sangat Setuju ...