Dr. S. Sukma Adnan, SE.M.Pd. Analisis Pengendalian Biaya Produksi Para pengusaha
jok bekleding interoir automotif melalui strategi pengelolaan bahan baku di
sentra jok mobil kebon sirih, CV. Classic Bekleding Jok Jakarta Pusat.
A b s t r a k s i
Tujuan penelitian adalah mencari alternatif yang paling efisien melalui
strategi pengendalian bahan baku dengan menggunakan metode Fifo, Lifo dan
Average dan melihat pengaruhnya terhadap Earning After Tax dalam konteks
penelitian selama 5 tahun pada CV. Classic
Bekleding Jok, Salah satu permasalahan yang
dihadapi adalah tidak adanya evaluasi tentang pemakaian bahan baku sehingga pihak pengusaha tidak dapat
mengetahui seberapa baiknya pemakaian bahan baku yang efisien atau bahkan
sebaliknya karena perkembangan perusahaan saat ini dilakukan berdasarkan laba
yang diperoleh bukan berdasarkan laporan persediaan bahan baku. Penelitian ini bersifat studi literatur
argumentatif dengan menggunakan metode deskriptif evaluatif, yaitu
mendeskripsikan hasil temuan penggunaan bahan baku yang paling efisien dan
menghasilkan keuntungan yang paling baik.
Adapun temuan dari hasil
penelitian ini dilihat dari laba yang
diperoleh dari tahun 2010 sebesar Rp 219.397.500 , tahun 2011 sebesar Rp
226.042.650 , tahun 2012 sebesar Rp 234.531.360 , tahun 2013 sebesar Rp
245.334.681 , dan tahun 2014 sebesar Rp 258.466.743. sebagaimana menjawab dan membuktikan adanya
pemecahan masalah berdasarkan rumusan masalah yang ada yaitu bagaimana pemakaian bahan baku yang efisien dan
sejauhmana pengaruhnya terhadap pencapaian laba bersih berdasarkan
earning after tax, dan aktivitas berdasarkan dari
laporan keuangan yang disajikan dari tahun 2010-2014. Dalam penelitian ini data yang
digunakan adalah data laporan persediaan bahan baku dari tahun 2010 sampai
dengan tahun 2014. Berdasarkan pada pengolahan data yang dilakukan dengan
menggunakan analisis metode Fifo,
Average dan Lifo. Berdasarkan
data penelitian dari perusahaan, maka dilakukan analisis pemakaian bahan baku
selama periode 2010 sampai 2014 dan hasil perhitungannya dari
ketiga metode tersebut memperlihatkan penggunaan bahan baku dengan metode Fifo
yang lebih rendah biaya pemakaian bahan bakunya. Deskripsi hasil analisis
pemakaian bahan baku dengan metode Fifo yaitu sebesar Rp 475.131.000 , sedangkan
Average sebesar Rp 475.176.064 dan metode Lifo sebesar Rp 475.211.000. Sementara
laba bersih yang diperoleh pertahun 2010 metode Fifo sebesar Rp 220.714.650 , sedangkan Average
sebesar Rp 220.633.535 dan Lifo sebesar Rp 220.533.300 begitu juga tahun 2011
sampai 2014 tidak berbeda jauh. Dari ilustrasi tersebut, metode Fifo yang
paling efisien menghasilkan biaya produksi pada perusahaan dibandingkan
dengan metode lainnya. Demikian juga dengan menggunakan metode FIFO ternyata menghasilkan laba
bersih yang paling baik.
Kata kunci: Analisis persediaan dengan, metode fifo, Lifo dan average, Earning After Tax
Persaingan ketat di sektor
industri bekleding jok dan interior mendorong perusahaan bekleding jok dan
interior memaksimalkan sumber daya yang dimiliki agar perusahaan dapa
beroperasi secara optimal dan memperoleh laba yang optimal pula. Untuk dapat
beroperasi secara optimal, maka perusahaan harus mampu merencanakan bahan baku
yang efisien guna untuk melakukan kegiatan operasional perusahaan. Bahan baku
merupakan investasi perusahaan pada aktiva lancar. Dengan adanya bahan baku
yang cukup sangat penting bagi suatu perusahaan karena dengan bahan baku yang
cukup itu memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi dengan seekonomis
mungkin dan perusahhan tidak mengalami kesulitan atau menhadapi bahaya – bahaya
yan mungkin timbul karena adanya kekeacauan keuangan. Akan tetapi adanya bahan
baku yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif, dan hal ini
akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan .
Efisiensi bahan baku pada
perusahaan dapat diukur dengan menggunakan metode penghitungan FIFO, LIFO dan
Average. Penilaian efisiensi dalam penggunaan bahan baku sangat bermanfaat bagi
para pimpinan dan pemilik perusahaan guna untuk menciptakan keuntungan yang
maksimal. Salah satu perussahaan yang saat ini ingin mengetahui dan menganalisa
efisiensi dalam menggunakan bahan baku untuk mendapatkan laba yang maksimal
perusahaan adalah CV. Classic Bekleding Jok yang berada di Kebon Sirih Jakarta Pusat
berdiri tahun 1999 yang didirikan oleh bapak Engkos Suparnoto selaku pemilik perusahaan
produksi bekleding jok dan interior tersebut. Berdasarkan wawancara dengan
pimpinan perusahaan bahwa sejak tahun berdirinya sampai sekarang belum ada
evaluasi tentang pemakaian bahan baku yang efisien sehingga didalam pengambilan
keputusan mengalami kesulitan untuk mendapatkan keputusan yang akurat. Hal ini
merupakan masalah karena pihak pengusaha tidak dapat mengetahui seberapa
baiknya penggunaan bahan baku atau bahkan sebaliknya karena perkembangan
perusahaan saat ini dilakukan berdasarkan laba yang diperoleh bukan berdasarkan
laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu pimpinan perusahaan belum
mengetahui sejauh mana persediaan dan piutang perusahaan mempengaruhi bahan
baku dan juga keuntungan perusahaan. Berdasarkan hal tersebut maka pimpinan
ingin mengetahui sejak tahun 2010 – 2014 tentang penggunaan bahan baku
perusahaan sehingga judul Tugas Akhir ( TA ) ini adalah “Strategi
Peningkatan
Earning After Tax Melalui Penerapan Penggelolaan Bahan Baku dengan menggunakan
metode FIFO, LIFO dan Average, di CV. Classic Jok Bekleding Interior, Jakarta Pusat.“
Setiap perusahaan yang memproduksi barang pasti akan membutuhkan
persediaan untuk menjalankan proses produksinya. Tanpa adanya persediaan,
perusahaan akan dihadapkan pada risiko bahwa perusahaan pada suatu waktu tidak
dapat memenuhi keinginan pelanggan yang memerlukan atau meminta barang atau
jasa yang dihasilkan. Jadi persediaan sangat penting artinya untuk setiap
perusahaan baik perusahaan yang menghasilkan suatu barang atau jasa. Pengertian
persediaan menurut Assauri, Sofjan (1999: 169) adalah:”Suatu aktiva yang
meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu
periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun
persediaan bahan baku yang menunggu penggunaanya dalam suatu proses produksi”.
Dapat dijelaskan bahwa persediaan merupakan suatu aktiva yang berupa
barang-barang milik perusahaan yang tersedia untuk dijual, masih dalam proses
produksi atau akan dipergunakan untuk produksi barang-barang jadi dalam rangka
menjalankan kegiatan suatu usaha.
Setiap perusahaan perlu
mengadakan persediaan untuk dapat menjamin kelangsungan hidup usahanya.
Kelancaran proses produksi bertahap dari produk yang dikerjakan harus didukung
oleh beberapa kegiatan yang penting, kegiatan tersebut sangat mempengaruhi
kelancaran seluruh kegiatan operasi perusahaan Pengendalian persediaan
merupakan salah satu kegiatan dari urutan kegiatankegiatan yang
berkaitan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan. Pengertian
pengendalian persediaan menurut Assauri, Sofjan (1999:176) dalam buku
”Manajemen Produksi dan Operasi” adalah: ”Sebagai suatu kegiatan untuk
menentukan tingkat dan komposisi dari
persediaan parts, bahan baku
dan barang hasil/produk, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran
produksi dan penjualan serta kebutuhankebutuhan
pembelanjaan perusahaan dengan
efektif dan efisien”. Pengedalian persediaan merupakan hal yang penting, karena jumlah
persediaan masing-masing
bahan akan menentukan atau mempengaruhi kelancaran produksi serta
keefektifan dan efisiensi perusahaan tersebut. Jumlah atau tingkat persediaan
yang dibutuhkan berbeda-beda untuk setiap perusahaan, tergantung dari
volume produksinya, jenis pabrik dan prosesnya.
Bahan
baku merupakan salah satu unsur yang paling aktif didalam perusahaan yang
secara terus-menerus diperoleh, diubah yang kemudian dijual kembali. Sebahagian
besar dari sumber-sumber perusahaan-perusahaan juga sering dikaitkan
dalam persediaan bahan baku yang akan digunakan dalam operasi perusahaan
pabrik.
Bahan
baku adalah bahan baku yang diolah menjadi produk bahan jadi dan pemakaian
dapat diindentifikasikan secara langsung atau diikuti jejaknya atau merupakan
integral dari produk tertentu..
Kelompok-kelompok
Persediaan :
1.
Bahan
Baku
Merupakan
barang-barang yang diperoleh untuk digunakan dalam proses produksi. Beberapa
bahan baku diperoleh secara langsung dari sumber-sumber alam. Namun demikian,
lebih sering lagi bahwa bahan baku diperoleh dari perusahaan lain dan ini
merupakan produksi akhir dari para pensuplai. Sebagai contoh, kertas cetak
merupakan produk akhir dari pabrik kertas, akan tetapi merupakan bahan baku
bagi perusahaan percetakan.
Meskipun
istilah bahan baku dapat digunakan secara luas untuk menutup seluruh bahan baku
yang dipergunakan dalam produksi. Sebutan acapkali dibatasi untuk barang-barang
yang secara fisik dimasukkan dalam produk yang diproduksi. Istilah Bahan
Pembantu Pabrik (factory supplies) atau Bahan Pembantu
Produksi (Manufacturing Supplies), kemudian dipergunakan
untuk menyebut bahan tambahan, yaitu bahan baku yang diperlukan dalam proses
produksi tetapi tidak secara langsung dimasukkan dalam produk. Minyak dan bahan
bakar untuk peralatan pabrik, bahan pembantu pembersih, dan pos-pos serupa
digolongkan dalam bentuk kelompok ini karena pos-pos ini tidak dimasukkan dalam
suatu produk tetapi hanya membantu dalam produksi secara keseluruhan. Bahan
baku yang secara langsung digunakan dalam produksi barang-barang tertentu
disebut bahan langsung; bahan pembantu pabrik disebut bahan tidak langsung. (Akuntansi
Intermediate Volume Komprehensif Edisi Kedelapan, Smith, Jay M., 1992).
2.
Barang-barang
dalam Proses.
Barang-barang
dalam proses terdiri dari barang-barang baru sebagian diporses dan perlu
diperkerakan lebih lanjut sebelum dijual. Persediaan ini meliputi tiga unsur
biaya yaitu :
a. Biaya
langsung.
b. Upah
langsung.
c. Biaya
tak langsung atau biaya overhead produksi (BOP).
Biaya bahan yang secara
langsung di identifikasikan dengan barang-barang dalam produksi dikelompokan :
-
Biaya tenaga kerja langsung dapat di
identifikasikan dengan barang-barang dalam produksi.
-
Biaya
tidak langsung pabrik yang dapat dilekatkan pada barang-barang yang masih dalam
produksi.
3.
Barang
–barang jadi
Barang-barang
selesai merupakan produk yang telah diproduksi dan menunggu dijual. Pada saat
produk ini diselesaikan, biaya yang diakumulasikan dalam proses produksi
ditransfer dari barang dalam proses ke perkiraan persediaan selesai.
2. Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli
3. Sistem Persediaan Bahan Baku
4. Penentuan Harga Pokok Bahan Baku yang Dipakai dalam Produksi
1. Jenis Data
2. Sumber Data
1. Pemakaian Bahan Baku
3. Sistem Persediaan Bahan Baku
4. Penentuan Harga Pokok Bahan Baku yang Dipakai dalam Produksi
1. Jenis Data
2. Sumber Data
1. Pemakaian Bahan Baku
Unsur
dari harga pokok bahan baku yang dibeli adalah terdiri dari :
1. Harga
pembelian (harga yang tercantum dalam faktur pembelian)
2. Biaya-biaya
pembelian seperti biaya angkut
3. Biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku dalam keadaan siap untuk diolah.
Terdapat
dua sistem yang dapat diterapkan untuk menentukan kapan pemesanan kembali
diadakan, antara lain :
1. Sistem Quantity Re-Order Point (Q/R system)
Jumlah persediaan yang diorder kembali sangat tergantung
pada kebutuhan persediaan untuk proses konversi.
2. Sistem Persediaan Periodik
Sistem ini merupakan cara pemesanan secara interval waktu
konstan (setiap; minggu, bulan, atau triwulan, dsb), tetapi jumlah pesanan
bervariasi tergantung pada berapa jumlah penggunaan bahan antara waktu pesanan
yang lalu dan waktu pemesanan berikutnya.
Harga bahan baku dari waktu ke waktu ada kemungkinan tidak
stabil, maka dari itu persediaan bahan baku digudang terdiri dari beberapa
harga. Untuk mengatasi masalah beberapa harga
yang berbeda walaupun jenis bahan bakunya sama, perlu dilakukan metode
penentuan harga pokok bahan baku pada saat akan memproduksi barang. Metode
tersebut adalah :
1. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First-in, First-out)
FIFO
2. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last-in, First-out)
LIFO
3. Metode Rata-rata (Moving Average Method)
3.
Metode FiFo
Metode Fifo atau disebut metode masuk pertama, keluar pertama metode
ini menentukan biaya bahan baku dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan
bahan baku yang pertama masuk ke dalam gudang, digunakan untuk menentukan harga
bahan baku yang pertama kali dipakai.
Metode ini juga
mengasumsikan bahwa baran yang terjual karena pesanan adalah barang yang mereka
beli. Oleh karenanya, barang – barang yang dibeli pertama kali adalah barang –
barang pertama yang dijual dan sisa di tangan (persediaan akhir) diasumsikan
unttuk biaya akhir. Karenanya untuk penentuan pendapatan, biaya – biaya sebelumnya dicocokan dengan pendapatan dan
biaya-biaya yang baru digunakan untuk penilaian laporan neraca. Metode ini
konsisten dengan arus biaya aktual, sejak pemilik barang dagang mencoba untuk
menjual persediaan lama pertama kali. FIFO merupakan metode yang paling luas
digunakan dalam penilaian persediaan. Metode FIFO seringkali tidak nampak
secara langsung pada aliran fisik dari barang tersebut karena pengambilan
barang dari gudang lebih didasarkan pada pengaturan barangnya. Dengan demikian
meode FIFO lebih nampak pada perhitungan harga pokok barang. Dalam metode FIFO,
biaya yang digunakan untuk membeli barang pertama kali akan dikenali sebagai
Cost of Goods Sold (COGS). Untuk perhitungan harga maka digunakan harga dari
stok barang dari tranball rollsi yang terdahulu.
Metode FIFO (First-In First-Out)
pertama kali dikenal dalam akuntansi keuangan sebagai salah satu metode dalam
penilaian persediaan barang. Harga yang digunakan sebagai dasar dalam menilai
persediaan barang dapat memakai harga lama atau harga baru. Pada metode FIFO,
persediaan barang yang dikeluarkan untuk produksi atau dijual, nilainya
didasarkan pada harga menurut urutan yang pertama masuk. Jadi, untuk penilaian
pada persediaan barang yang tersisa, berarti harganya didasarkan pada harga
baru atau harga urutan yang terakhir.
Metode Lifo atau disebut juga metode masuk terakhir keluar pertama, metode ini menentukan biaya
bahan baku dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang masuk
terakhir digudang, digunakan untuk menentukan harga bahan baku yang pertama
kali di pakai.
Metode Lifo adalah membebankan biaya dari pembelian terakhir
dan memberikan biaya yang tua di akun persediaan. Ada beberapa cara untuk
menerapkan metode LIFO. Karena setia variasi menghasilkan, angka yang berbeda
untuk biaya bahan baku yang dikeluarkan, biaya persediaan akhir dan laba, maka
penting untuk mengikuti prosedur yang dipilih secara konsisten.
Dengan menggunakan metode LIFO, perusahaan akan menghasilkan
laba yang kecil sehingga dapat melakukan penghematan pajak. Pada saa inflasi,
perhitungan harga beli terakhir dibebankan ke operasi dalam periode kenailkkan
harga sehingga mengurangi laba dan menghasilkan pengurangan pajak.
·
Kelebihan :
-
Mudah membandingkan cost
sekarang dengan pendapatan sekarang Jika harga naik, harga barang konservatif.
-
Laba operasi tidak tercemar
oleh untung/rugi fluktuasi harga.
-
Jika harga berfluktuasi ,
dapat meratakan laba tahunan.
·
Kelemahan :
-
bertentangan dengan aliran
fisik sesungguhnya
-
Tidak menunjukkan potensi
jasa yang sesungguhnya /cost yang sudah usang.
Metode
ini menghitung harga pokok rata-ratanya dengan cara membagi total harga pokok
dengan jumlah satuannya. Setiap kali terjadi pembelian yang harga pokok
persatuannya berbeda dengan harga pokok satuan barang yang ada digudang, harus
dilakukan perhitungan harga pokok rat-rata persatuan yang baru.
Dalam
metode ini, jumlah harga pokok produk dalam proses awal ditambahkan dengan
biaya produksi yang dikeluarkan periode sekarang dibagi dengan unit ekuivalensi
produk untuk menghasilkan harga pokok rata-rata tertimbang. Harga pokok produk
yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama merupakan harga
pokok kumulatif,yaitu merupakan penjumlahan harga pokok dari departemen satu
ditambahkan dengan depar temen berikutnya yang bersangkutan.Metode harga pokok
rata-rata adalah suatu metode penilaian persediaan yang didasari atas harga
rata-rata dalam periode yang bersangkutan. Besar kecilnya nilai persediaan yang
masih ada dan harga pokok barang yang dijual, dipengaruhi oleh metode yang
dipakai dalam metode rata-rata adalah :
(1)
Sistem fisik yang dibagi
menjadi metode rata-rata sederhana dan metode rata-rata tertimbang ;
(2)
Sistem perpetual (metode
rata-rata bergerak).
Rumus
yang digunakan pada metode rata-rata adalah sebagai berikut:
·
Metode rata-rata sederhana
:
Biaya perunit =
·
Metode rata-rata tertimbang
:
Biaya perunit =
·
Metode rata-rata bergerak :
Metode
ini diselenggarakan dengan kartu persediaan dan harga pokok perunit persediaan
selalu berubah setiap terjadi pembelian barang baru.
III. METODELOGI
PENELITIAN
Dalam rangka penyelesaian laporan penelitian ini, yaitu
dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif evaluatif, yaitu
melakukan kajian teoritik guna memperoleh sintesa tentang realita efektif dan
efisiennya penggunaan bahan baku bagi perusahaan CV. Classic Bekleding Jok dan
Interior, dengan menggunakan metode Fifo, Lifo dan Average, untuk itu
diperlukan pengumpulan data berdasarkan satuan waktu terjadinya pembelian dengan
tingkat harga yang berbeda-beda dan pengolahan mencoba untuk melihat pada tingkat inflasi atau deflasi
yang mana menghasilkan keuntungan yang paling baik.
Pada bab ini akan dilakukan langkah-langkah untuk pemecahan masalah seperti
berikut;
3.1. Jenis
dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif berupa
data persediaan bahan bak dan laporan keuangan dari tahun 2010-2014 terdiri
dari laporan neraca dan laporan rugi laba.
Sumber data yang digunakan ada dua:
1. Sumber data primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari perusahaan yang
belum diolah orang lain.
2. Sumber data sekunder
Yaitu data yang di dapat berdasarkan pihak lain atau data
yang sudah diproses oleh pihak lain.
Untuk
memperoleh data maka digunakan metode sebagai berikut :
1. Penelitian Kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan
berdasarkan literatur atau buku – buku yang berhubungan dengan objek
penelitian.
2. Penelitian Lapangan yaitu penelitian yang dilakukan dengan
cara langsung mengamati obyek yang diteliti, dengan cara:
a) Wawancara Yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan
pihak-pihak terkait tentang informasi-informasi yang dibutuhkan untuk tugas
akhir.
b) PengamatanYaitu mengadakan pengamatan langsung pada tempat
kejadian atau objek yang akan diteliti.
Metode pengolahan data dan analisis data menggunakan analisis metode penghitungan Fifo,
Average (rata-rata), dan Lifo untuk membandingkan ketiga metode tersebut dalam
rangka menciptakan laba yang maksimal, dan melakukan kaji banding terhadap
pengalaman yang dilakukan oleh perusahaan.
Untuk mengetahui metode penggunaan
bahan baku yang baik dan berguna untuk CV. Classic Bekleding Jok
dalam menciptakan laba yang maksimal, dengan menganalisa bahan baku perusahaan
yaitu persediaan bahan baku dengan metode penelitian FIFO, LIFO dan AVERAGE
(rata-rata).
Bedasarkan
dari data-data yang diperoleh dari
perusahaan CV.
Classic Bekleding Jok, untuk melakukan strategi dalam penggunaan bahan baku
yang efisien untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan, maka
dilakukanlah analisis metode FIFO, LIFO dan AVERAGE (rata-rata) untuk dapat
membandingkan ketiga (3) metode tersebut manakah yang dapat menciptakan laba
yang maksimal bagi perusahaan.
Pada tabel dibawah ini data pemakaian bahan baku dengan
metode-metode yang akan dibahas, sebagai berikut :
1. Pemakaian bahan baku yng terdiri fari kulit asli, kulit
sintetis dan busa sintetis dengan metode Fifo atau masuk pertama, keluar terakhir
(first-in First-out), sebagai berikut :
Pemakaian
Bahan Baku dengan Metode Fifo
HARGA
|
KULIT ASLI
|
Kulit sintetis
|
Busa sintetis
|
||||||
Unit
|
Harga
|
Jumlah
|
Unit
|
Harga
|
Jumlah
|
Unit
|
Harga
|
Jumlah
|
|
2010 (Sm1)
|
1
|
1.010.000
|
1.010.000
|
2
|
284.000
|
568.000
|
28
|
39.500
|
1106000
|
80
|
1.050.500
|
84.040.000
|
160
|
295.500
|
47.280.000
|
2.240
|
39.500
|
88.480.000
|
|
81
|
85.050.000
|
162
|
47.848.000
|
2.268
|
89.586.000
|
||||
2010 (Sm2)
|
3
|
1.050.500
|
3.151.500
|
6
|
295.500
|
1.773.000
|
84
|
39.500
|
3.318.000
|
83,5
|
1.075.000
|
89.762.500
|
167
|
310.000
|
51.770.000
|
2338
|
44.000
|
102.872.000
|
|
86,5
|
92.914.000
|
173
|
53.543.000
|
2422
|
106.190.000
|
||||
Total
|
177.964.000
|
101.391.000
|
195.776.000
|
||||||
2011 (Sm1)
|
0,5
|
1.075.000
|
537.500
|
1
|
310.000
|
310.000
|
14
|
44.000
|
616.000
|
96
|
1.100.000
|
105.600.000
|
192
|
355.000
|
68.160.000
|
2688
|
47.500
|
127.680.000
|
|
96,5
|
106.137.500
|
193
|
68.470.000
|
2702
|
128.296.000
|
||||
2011 (Sm2)
|
2
|
1.100.000
|
2.200.000
|
4
|
355.000
|
1.420.000
|
56
|
47.500
|
2.660.000
|
97,5
|
1.100.000
|
107.250.000
|
195
|
355.000
|
69.225.000
|
2730
|
50.000
|
136.500.000
|
|
99,5
|
109.450.000
|
199
|
70.645.000
|
2786
|
139.160.000
|
||||
Total
|
215.587.500
|
139.115.000
|
267.456.000
|
||||||
2012 (Sm1)
|
1,5
|
1.100.000
|
1.650.000
|
3
|
355.000
|
1.065.000
|
42
|
50.000
|
2.100.000
|
100
|
1.120.500
|
112.050.000
|
200
|
380.000
|
76.000.000
|
2800
|
50.000
|
140.000.000
|
|
101,5
|
113.700.000
|
203
|
77.065.000
|
2842
|
142.100.000
|
||||
2012 (Sm2)
|
3
|
1.120.500
|
3.361.500
|
6
|
380.000
|
2.280.000
|
84
|
50.000
|
4.200.000
|
114
|
1.140.000
|
129.960.000
|
228
|
400.000
|
91.200.000
|
3192
|
53.000
|
169.176.000
|
|
117
|
133.321.500
|
234
|
93.480.000
|
3276
|
173.376.000
|
||||
Total
|
247.021.500
|
170.545.000
|
315.476.000
|
||||||
2013 (Sm1)
|
1
|
1.140.000
|
1.140.000
|
2
|
400.000
|
800.000
|
28
|
53.000
|
1.484.000
|
126
|
1.200.000
|
151.200.000
|
252
|
400.000
|
100.800.000
|
3528
|
56.500
|
199.332.000
|
|
127
|
152.340.000
|
254
|
101.600.000
|
3556
|
200.816.000
|
||||
20103(Sm2)
|
2
|
1.200.000
|
2.400.000
|
4
|
400.000
|
1.600.000
|
56
|
56.500
|
3.164.000
|
131,5
|
1.231.500
|
161.942.250
|
263
|
420.000
|
110.460.000
|
3682
|
56.500
|
208.033.000
|
|
133,5
|
164.342.250
|
267
|
112.060.000
|
3738
|
211.197.000
|
||||
Total
|
316.682.250
|
213.660.000
|
412.013.000
|
||||||
2014 (Sm1)
|
0,5
|
1.231.500
|
615.750
|
1
|
420.000
|
420.000
|
14
|
56.500
|
791.000
|
157
|
1.279.000
|
200.803.000
|
314
|
440.000
|
138.160.000
|
4396
|
58.000
|
254.968.000
|
|
157,5
|
201.418.750
|
315
|
138.580.000
|
4410
|
255.759.000
|
||||
2014 (Sm2)
|
1
|
1.279.000
|
1.279.000
|
2
|
440.000
|
880.000
|
28
|
58.000
|
1.624.000
|
159
|
1.300.000
|
206.700.000
|
318
|
440.000
|
139.920.000
|
4452
|
62.000
|
276.024.000
|
|
160
|
207.979.000
|
320
|
140.800.000
|
4480
|
277.648.000
|
||||
Total
|
409.397.750
|
279.380.000
|
533.407.000
|
2. Pemakaian bahan baku yang terdiri dari kulit asli, kulit
sintetis dan busa sintetis dengan menggunakan metode Average atau rata-rata,
sebagai berikut :
Rumus yang digunakan
dengan metode rata-rata bergerak:
Harga pokok rata-rata
=
Pemakaian
Bahan Baku dengan Metode Average
TAHUN
|
KULIT ASLI
|
Kulit sintetis
|
Busa sintetis
|
||||||
Unit
|
Harga
|
Jumlah
|
Unit
|
Harga
|
Jumlah
|
Ball roll
|
Harga
|
Jumlah
|
|
2010
|
81
|
1.062.509
|
86.063.223
|
162
|
302.682
|
49.034.411
|
2.268
|
41.750
|
94.689.000
|
86,5
|
1.062.509
|
91.907.022
|
173
|
302.682
|
52.363.908
|
2.422
|
41.750
|
101.118.500
|
|
167,5
|
177.970.246
|
335
|
101.398.318
|
4.690
|
195.807.500
|
||||
2011
|
96,5
|
1.099.937
|
106.143.892
|
193
|
354.886
|
68.493.013
|
2.702
|
48.744
|
131.707.109
|
99,5
|
1.099.937
|
109.443.703
|
199
|
354.886
|
70.622.329
|
2.786
|
48.744
|
135.801.630
|
|
196
|
215.587.595
|
392
|
139.115.342
|
5.488
|
267.508.739
|
||||
2012
|
101,5
|
1.130.576
|
114.753.495
|
203
|
390.308
|
79.232.426
|
2.842
|
51.572
|
146.566.925
|
117
|
1.130.576
|
132.277.428
|
234
|
390.308
|
91.331.959
|
3.276
|
51.572
|
168.949.066
|
|
218,5
|
247.030.924
|
437
|
170.564.385
|
6.118
|
315.515.991
|
||||
2013
|
127
|
1.215.701
|
154.394.046
|
254
|
410.115
|
104.169.195
|
3.556
|
56.487
|
200.866.314
|
133,5
|
1.215.701
|
162.296.103
|
267
|
410.115
|
109.500.690
|
3.738
|
56.487
|
211.146.874
|
|
260,5
|
316.690.149
|
521
|
213.669.885
|
7.294
|
412.013.188
|
||||
2014
|
157,5
|
1.289.475
|
203.092.294
|
315
|
439.969
|
138.590.110
|
4.410
|
60.007
|
264.631.154
|
160
|
1.289.475
|
206.315.981
|
320
|
439.969
|
140.789.953
|
4.480
|
60.007
|
268.831.648
|
|
317,5
|
409.408.275
|
635
|
279.380.063
|
8.890
|
533.462.802
|
3. Pemakaian bahan baku yang terdiri dari Kulit asli, kulit
sintetis dan busa sintetis dengan metode Lifo atau disebut masuk
terakhir,keluar pertama (Last-in, First-Out), sebagai berikut :
Pemakaian Bahan Baku dengan Metode Lifo
TAHUN
|
Kulit asli
|
Kulit sintetis
|
Busa sintetis
|
||||||
Unit
|
Harga
|
Jumlah
|
Unit
|
Harga
|
Jumlah
|
Ball roll
|
Harga
|
Jumlah
|
|
2010
|
81
|
1.050.000
|
85.050.000
|
162
|
295.500
|
47.871.000
|
2.268
|
39.500
|
89.586.000
|
84
|
1.075.000
|
90.300.000
|
168
|
310.000
|
52.080.000
|
2.352
|
44.000
|
103.488.000
|
|
2
|
1.050.000
|
2.100.000
|
4
|
295.500
|
1.182.000
|
70
|
39.500
|
2.765.000
|
|
0,5
|
1.010.000
|
505.000
|
1
|
284.000
|
284.000
|
||||
167,5
|
177.955.000
|
335
|
101.417.000
|
4.690
|
195.839.000
|
||||
2011
|
96,5
|
1.100.000
|
106.150.000
|
193
|
355.000
|
68.515.000
|
2.702
|
47.500
|
128.345.000
|
99
|
1.100.000
|
108.900.000
|
198
|
355.000
|
70.290.000
|
2.772
|
50.000
|
138.600.000
|
|
0,5
|
1.100.000
|
550.000
|
1
|
355.000
|
355.000
|
14
|
47.500
|
665.000
|
|
196
|
215.600.000
|
392
|
139.160.000
|
5.488
|
267.610.000
|
||||
2012
|
101,5
|
1.120.500
|
113.730.750
|
203
|
380.000
|
77.140.000
|
2.842
|
50.000
|
142.100.000
|
115
|
1.140.000
|
131.100.000
|
230
|
400.000
|
92.000.000
|
3.220
|
53.000
|
170.660.000
|
|
1,5
|
1.120.500
|
1.680.750
|
3
|
380.000
|
1.140.000
|
42
|
50.000
|
2.100.000
|
|
0,5
|
1.100.000
|
550.000
|
1
|
355.000
|
355.000
|
14
|
47.500
|
665.000
|
|
218,5
|
247.061.500
|
437
|
170.635.000
|
6.118
|
315.525.000
|
||||
2013
|
127
|
1.200.000
|
152.400.000
|
254
|
400.000
|
101.600.000
|
3.556
|
56.500
|
200.914.000
|
132
|
1.231.500
|
162.558.000
|
264
|
420.000
|
110.880.000
|
3.696
|
56.500
|
208.824.000
|
|
1
|
1.200.000
|
1.200.000
|
2
|
400.000
|
800.000
|
28
|
56.500
|
1.582.000
|
|
0,5
|
1.100.000
|
550.000
|
1
|
355.000
|
355.000
|
14
|
47.500
|
665.000
|
|
260,5
|
316.708.000
|
521
|
213.635.000
|
7.294
|
411.985.000
|
||||
2014
|
157,5
|
1.279.000
|
201.442.500
|
315
|
440.000
|
138.600.000
|
4.410
|
58.000
|
255.780.000
|
160
|
1.300.000
|
208.000.000
|
320
|
440.000
|
140.800.000
|
4.480
|
62.000
|
277.760.000
|
|
317,5
|
409.442.500
|
635
|
279.400.000
|
8.890
|
533.540.000
|
Berdasarkan
data pemakaian bahan baku seperti kulit asli, kulit sintetis dan busa sintetis
dengan tiga (3) metode yang terdiri dari metode Fifo (masuk pertama,keluar
pertama), metode Average (rata-rata) dan Lifo ( masuk terakhir, keluar pertama),
maka diadakanlah pembahasan perbandingan pemakaian bahan baku tahun 2010 sampai
dengan tahun 2014, Laporan harga pokok penjualan, laopran laba dan rugi dan
neraca dengan ketiga metode tersebut. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat
perbandingannya antara satu dengan yang lain, manakah pemakaian bahan baku yang
lebih menguntungkan perusahaan, sebagai berikut :
PERBANDINGAN PEMAKAIAN
BAHAN BAKU
TAHUN
|
FIFO
|
TOTAL
|
AVERAGE
|
TOTAL
|
LIFO
|
TOTAL
|
||||||
Kulit asli
|
Kulit sintetis
|
Busa sintetis
|
Kulit asli
|
Kulit sintetis
|
Busa sintetis
|
Kulit asli
|
Kulit sintetis
|
Busa sintetis
|
||||
2010
|
177.964.000
|
101.391.000
|
195.776.000
|
475.131.000
|
177.970.246
|
101.398.318
|
195.807.500
|
475.176.064
|
177.955.000
|
101.417.000
|
195.839.000
|
475.211.000
|
2011
|
215.587.500
|
139.115.000
|
267.456.000
|
622.158.500
|
215.587.595
|
139.115.342
|
267.508.739
|
622.211.676
|
215.600.000
|
139.160.000
|
267.610.000
|
622.370.000
|
2012
|
247.021.500
|
170.545.000
|
315.476.000
|
733.042.500
|
247.030.924
|
170.564.385
|
315.515.991
|
733.111.300
|
247.061.500
|
170.635.000
|
315.525.000
|
733.221.500
|
2013
|
316.682.250
|
213.660.000
|
412.013.000
|
942.355.250
|
316.690.149
|
213.669.885
|
412.013.188
|
942.373.222
|
316.708.000
|
213.635.000
|
411.985.000
|
942.328.000
|
2014
|
409.397.750
|
279.380.000
|
533.407.000
|
1.222.184.750
|
409.408.275
|
279.380.063
|
533.462.802
|
1.222.251.140
|
409.442.500
|
279.400.000
|
533.540.000
|
1.222.382.500
|
Berdasarkan pada table perbandingan di atas, maka laporan
keuangan perusahaan ada perbedaan dengan ketiga metode tersebut, sebab biaya
bahan baku yang dikeluarkan atau dipakai berbeda-beda. Dari situ dapat di
ketahui metode FIFO lebih menguntungkan dari metode lainnya. Dapat dibuktikan
sebagai berikut :
a. Strategi penggunaan bahan baku yang efisien untuk
menciptakan keuntungan yang maksimal pembahasannya dikhususkan dalam mengelola
pemakaian bahan baku, yaitu sampai dengan taraf penetapan harga pokok bahan
baku. Pengelolaan bahan baku ini menggunakan metode FIFO, AVERAGE dan LIFO.
Berdasarkan hasil analisis tampak jelas bahwa sejak dari tahun 2010 sampai dengan
2014 pemakaian bahan baku yang ditetapkan berdasarkan harga pokok pemakaian
bahan baku hasilnya dengan metode FIFO yang menguntungkan dibandingkan metode
lainnya.
b. Sebagai ilustrasi pada metode FIFO total pemakaian kulit
asli, kulit sintetis dan busa sintetis pada tahun 2010 sebesar Rp 475.131.000
sedangkan pada metode average totalnya sebesar Rp 475.176.064 dan metode LIFO
sebesar Rp 475.211.500.
2.
Berhubung bahwa deskripsi
dari kedudukan harga secara rata-rata, bahwa dengan menggunakan metode LIFO dimana
harga pemakaian bahan baku lebih mahal. Untuk ketiga jenis bahan baku tersebut,
maka dapat disintesiskan bahwa kedudukan tersebut terefleksi perekonomian pada
keadaan inflasi dimana harga meningkat lebih tinggi.Analisis Perbandingan Harga Pokok Penjualan, Laba Rugi Dan
Neraca
Berdasarkan
pada tabel dibawah ini dapat dilihat metode manakah yang dapat menguntungkan
yang maksimal bagi perusahaan, sebagai berikut :
Table 5. 5 Perbandingan Harga Pokok Penjualan, Laba-Rugi dan Neraca
Metode Fifo
TAHUN
|
FIFO
|
|||
HPP
|
LABA RUGI
|
NERACA
|
||
AKTIVA
|
PASSIVA
|
|||
2010
|
705.802.500
|
220.714.650
|
890.571.000
|
1.171.360.150
|
2011
|
877.578.500
|
231.996.150
|
857.927.650
|
1.269.946.150
|
2012
|
1.017.593.300
|
240.528.960
|
856.026.581
|
1.324.158.460
|
2013
|
1.265.053.380
|
252.702.756
|
868.773.311
|
1.486.921.256
|
2014
|
1.605.485.830
|
269.011.143
|
703.430.743
|
1.728.755.143
|
Metode Average
TAHUN
|
AVERAGE
|
|||
HPP
|
LABA RUGI
|
NERACA
|
||
AKTIVA
|
PASSIVA
|
|||
2010
|
705.892.628
|
220.633.535
|
890.525.936
|
1.171.279.035
|
2011
|
877.684.852
|
231.900.433
|
857.874.474
|
1.269.850.433
|
2012
|
1.017.730.899
|
240.405.121
|
855.957.781
|
1.324.034.621
|
2013
|
1.265.089.324
|
252.670.406
|
868.755.339
|
1.486.888.906
|
2014
|
1.605.618.610
|
268.891.641
|
703.364.353
|
1.728.635.641
|
Metode LIFO
TAHUN
|
LIFO
|
|||
HPP
|
LABA RUGI
|
NERACA
|
||
AKTIVA
|
PASSIVA
|
|||
2010
|
706.004.000
|
220.533.300
|
890.449.500
|
1.171.178.800
|
2011
|
878.123.000
|
231.506.100
|
857.594.650
|
1.269.456.100
|
2012
|
1.018.284.300
|
239.907.060
|
855.514.581
|
1.323.536.560
|
2013
|
1.265.510.880
|
252.291.006
|
868.288.561
|
1.486.509.506
|
2014
|
1.607.120.066
|
267.540.331
|
701.994.257
|
1.727.284.331
|
Berdasarkan pada tabel
diatas maka tampak jelas bahwa untuk metode Fifo, pada tahun 2010 Laporan Harga
pokok penjualan (HPP) sebesar Rp 705.802.500 dan memberikan laba sebesar Rp
220.714.650 busa sintetistara untuk aktiva sebesar Rp 890.571.000 dan passiva sebesar Rp 1.171.360.150 , maka tampak jelas
lebih menguntungkan metode Fifo dibandingakan dengan metode lainnya ditahun
2010. Demikianpun untuk tahun 2011 sampai dengan 2014 perbandingan Harga pokok
penjualan (HPP) , Laba - Rugi dan Neraca lebih menguntungkan dengan menggunakan
metode Fifo.
Jika metode Fifo, Average dan Lifo diperbandingkan dengan Harga pokok
pemakaian bahan baku dan Laba bersih, maka akan terlihat pada tabel sebagai berikut :
TAHUN
|
METODE FIFO
|
METODE AVERAGE
|
METODE LIFO
|
|||
Harga Pokok Pemakaian
bahan baku
|
Laba Bersih
|
Harga Pokok Pemakaian
bahan baku
|
Laba Bersih
|
Harga Pokok Pemakaian
bahan baku
|
Laba Bersih
|
|
2010
|
475.131.000
|
220.714.650
|
475.176.064
|
220.633.535
|
475.211.000
|
220.533.300
|
2011
|
622.158.500
|
231.996.150
|
622.211.676
|
231.900.433
|
622.370.000
|
231.506.100
|
2012
|
733.042.500
|
240.528.960
|
733.111.300
|
240.405.121
|
733.221.500
|
239.907.060
|
2013
|
942.355.250
|
252.702.756
|
942.373.222
|
252.670.406
|
942.328.000
|
252.291.006
|
2014
|
1.222.184.750
|
269.011.143
|
1.222.251.140
|
268.891.641
|
1.222.382.500
|
267.540.331
|
Berdasarkan tabel diatas,
dapat disintesiskan sebagai berikut :
3.
Bahwa harga pokok pemakaian
bahan baku lebih rendah dengan menggunakan metode Fifo daripada menggunakan
metode Average dan Lifo.
4.
Laba bersih yang diperoleh
dengan metode Fifo lebih menguntungkan dibandingkan dengan menggunakan metode
Average dan Lifo.
5.
Untuk presentase kenaikan
pertahun (2010-2011) dengan metode Fifo
sebesar 30,94% untuk harga pokok pemakaian bahan baku dan laba bersihnya
sebesar 5,11% sedangkan metode Average sebesar 30,94% untuk harga pokok
pemakaian bahan baku dan laba bersihnya sebesar 5,10% dan untuk metode Lifo
presentase untuk harga pokok pemakaian bahan baku sebesar 31% dan laba bersihnya
sebesar 4,98%. demikianpun untuk tahun 2011-2014 presentase harga pokok
pemakaian bahan baku dengan laba bersih tidak jauh berbeda. Maka sudah jelas
bahwa dengan metode Fifo lebih dapat memaksimalkan keuntungan perusahaan.
6.
Berdasarkan perkembangan data dari
tahun 2010 – 2014 baik menyangkut perkembangan harga pokok pemakaian bahan baku
dan p[erolehan Earning After Tax dari metode Fifo, metode Average dan metode
Lifo memberikan korelasi positif yaitu rata-rata sebesar 0,9970. Hal ini
berarti bahwa baik dengan menggunakan metode Fifo, Average maupun metode Lifo
secara rata-rata menghasilkan perkembangan harga pokok pemakaian bahan baku dan
perolehan earning after tax memiliki korelasi yang positif dan sangat kuat
yaitu sebesar 99,70 %. Secara sintesa dapat disimpulkan bahwa hubungan yang
begitu kuat antar harga pokok produksi dengan menggunakan metode Fifo, Average
dan Lifo dan perolehan earning after tax mendeskripsikan bahwa biaya-biaya produksi
sangat kuat kontribusinya terhadap penciptaan earning after tax dibanding biaya
administrasi umum dan biaya-biaya pemasaran, oleh sebab itu sangatlah tepat
untuk masa depan lebih menfokuskan pemikiran terhadap efisiensi biaya produksi
dibanding biaya pemasaran maupun biaya administrasi umum.
Berdasarkan
hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
:
1.
Berdasarkan analisis penggunaan bahan baku
yang paling efisien ternyata hasil analisis memberikan gambaran adalah dengan
menggunakan metode FIFO ternyata menghasilkan penggunaan bahan baku paling
murah, artinya penetapan harga pokok yang paling murah. Adapun perbandingan
analisis antara metode FIFO, Average dan LIFO dapat disimpulkan sebagai
berikut;
2.
Dalam analisis dengan metode Fifo, Average dan Lifo bahwa :
a. Metode Fifo
Dengan
metode Fifo bahan baku yang terlebih dahulu masuk akan digunakan terlebih dahulu,
maka biaya pemakaian bahan baku akan lebih rendah dan dapat lebih
menguntungkan. Dengan metode fifo bahan baku yang masuk terlebih dahulu tidak
akan mengalami penurunan kualitas, sebab tidak begitu lama di stock dalam
persediaan bahan baku.
Berdasarkan dari
data bahan baku perusahaan dengan menggunaan metode Fifo pada tahun 2010 Rp
475.131.000, tahun 2011 Rp 622.158.500. tahun 2012 Rp 733.042.500, tahun 2013
Rp 942.355.250 dan tahun 2014 sebesar Rp 1.222.1884.750. Serta laba bersih yang
diperoleh dari tahun 2010 sampai dengan 2014 yaitu : Rp 220.714.650 untuk tahun 2010, Rp
231.996.150 untuk tahun 2011, Rp 240.528.960 untuk tahun 2012, Rp 252.702.756
untuk tahun 2013 dan untuk tahun 2014 sebesar Rp 269.011.143.
b. Metode
Average
Dengan
metode ini, diasumsikan bahwa biaya pemakaian bahan baku di rata-ratakan.
Berdasarkan dari data bahan baku perusahaan CV. Classic Bekleding Jok dengan
pemakaian bahan baku dengan metode
Average (rata-rata) dari tahun 2010 sebesar Rp 476.176.064, tahun 2011 Rp
622.211.676, tahun 2012 sebesar Rp 733.111.300, dan pada tahun 2013 sebesar Rp
942.373.222 serta pada tahun 2014 sebesar Rp 1.222.251.140. Dan laba bersih
yang diperoleh dengan metode Average pada tahun 2010 sebesar Rp 220.633.535,
tahun 2011 sebesar Rp 231.900.433 , tahun 2012 sebesar Rp 240.405.121 dan tahun
2013 sebesar Rp 252.670.406 dan tahun 2014 sebesar. Rp 268. 891.641.
c. Metode Lifo
Dengan
metode ini, bahwa biaya bahan baku yang masuk belakangan, akan dikeluarkan
terlebih dahulu dan bahan baku yang masuk terlelbih dahulu menjadi stock
persediaan bahan baku terus menerus. Dengan menggunakan metode ini biaya
pemakaian bahan baku yang dipakai akan lebih mahal dibandingakan dengan metode
Fifo dan Average.
Berdasarkan
data pemakaian bahan baku pada CV. Classic Bekleding Jok bahwa
dengan menggunakan metode Lifo dari tahun 2010 sebesar Rp 475.211.00, tahun
2011 sebesar Rp 622.370.000, tahun 2012 sebesar Rp 733.221.500, dan tahun 2013
sebesar Rp 942.328.000 dan tahun 2014 sebesar Rp 1.222.382.500 dan laba bersih
yang diperoleh dengan menggunakan metode Lifo yaitu tahun 2010 sebesar Rp
22.533.300 , tahun 2011 sebesar Rp 231.06.100 , tahun 2012 sebesar Rp 239.907.060
dan tahun 2013 sebesar Rp 252.291.006 dan tahun 2014 sebesar Rp 267.540.331.
Dalam
analisis ini dapat disimpulkan bahwa tampak jelas dengan menggunakan metode
Fifo (masuk pertama, keluar pertama) lebih rendah biaya pemakaian bahan baku
dan lebih maksimal laba bersih yang
diperoleh bagi perusahaan CV. Classic Bekleding Jok, dan dengan
metode Fifo presentase pertahun dari harga pokok pemakaian bahan baku dengan
laba bersih tampak jelas bahwa dengan metode Fifo lebih menguntungkan
dibandingkan dengan metode lainnya.
Dari hasil
analisis dan kesimpulan maka :
1.
Perusahaan sebaiknya mengevaluasi
pemakaian bahan baku dalam proses produksi dengan metode Fifo, Lifo dan
Average sesuai dengan keadaan harga pasar yang terjadi saat ini.
2.
Perusahaan sebaiknya lebih meningkatkan efisiensi dalam penggunaan
bahan baku seperti bahan baku guna untuk mendapatkan laba yang maksimal. Hal ini
berarti dalam rangka penetapan harga pokok penggunaan bahan baku seyogyanya
perusahaan menselaraskan terhadap perkembangan harga beli yang berlaku pada
periode yang bersangkutan.
3.
Perusahaan sebaiknya dapat memperluas promosi CV.
Classic Bekleding Jok dalam produknya bekleding
jok dan interior, untuk lebih dapat lebih meningkatkan penjualan produk bekleding
jok dan interior dan akan mendapatkan laba yang lebih besar lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Irham,
Fahmi. 2014. Analisis Laporan Keuangan,
cetakan keempat, Bandung : Alfabeta,CV
Manahan, P,
Tampubolon. 2013. Manajemen Keuangan
(Finance Management), ,Jakarta : Mitra Wacana Media.
Patricia M. Buhler, 2001 Alpha Teach Yourself Management Skills in 24 Hours (Indianapolis: Alpha Book,)
Phillip L. Hunball roller, 2001, Training in Management
Skills New Jersey: Prentice-H
Paul Hersey & Kenneth H. Blanchard, 1988, Management of Organizational Behavior (New Jersey: Prentice Hall, 19881)
Ricky W. Griffin, 1997, Management , New Delhi: A.I.T.B.S. Publishers & Distributors,
S, Munawir.
2012. Analisa Laporan Keuangan, edisi
keempat, Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.
V. wiratna, Sujarweni. 2015. Akuntansi Biaya, Yogyakarta : Pustaka baru Press.
Komentar
Posting Komentar