B A
B I
P E
N D A H U L U A N
1.
LATAR BELAKANG
MASALAH
Perkembangan dunia industri di Indonesia akhir-akhir ini
sangat mengesankan perkembangannya baik untuk perdagangan dalam negeri maupun
perdagangan luar negeri diantaranya untuk produk-produk unggulan berbasis
sumber daya unggulan kompetitif, agro industri, meubel, tekstil, elektronik, industri makanan minuman bahkan industri otomotif.
Bahkan para pengamat dalam negeri maupun pengamat perdagangan internasional
dari luar negeri disimpulkan oleh mereka bahwa Indonesia diprediksi merupakan
salah satu kandidat macan Asia.
Prospektif perkembangan dunia industri di dalam negeri sebenarnya
sangat ditunjang oleh kriteria persaingan perdagangan internasional, seperti untuk
aspek mutu, desain produk pada prinsipnya telah mengikuti standar mutu
internasional sehingga banyak barang-barang industri Indonesia diterima sampai
pasaran internasional. Disamping itu efisiensi dan efektivitas biaya produksi
sudah cukup kompetitif, walaupun birokrasi transportasi masih perlu pembenahan,
terutama pada aspek kepabeanan, dan birokrasi di pelabuhan-pelabuhan.
Kelemahan-kelemahan yang menjadi sorotan dari para
pemerhati diantaranya kemampuan dalam pemasaran, sampai pada penyelesaian
arbitrase manakala terdapatnya perselisihan dagang. Walaupun baiknya produk
yang dilahirkan dengan tingkat mutu yang kompetitif harga yang bersaing namun
bila kemampuan strategi dalam pemasaran maka secara signifikan akan mengganggu
perkembangan dunia bisnis sebab perputaran antara proses produksi manakala
tidak diimbangi oleh barang yang laku terjual tentu akan mempengaruhi
prospektif perkembangan usaha itu sendiri, dan pada gilirannya akan mengancam
likuidasi usaha.
Aspek-aspek yang dapat menyebabkan lemahnya kemampuan pemasaran
diantaranya mulai dari mengembangkan perencanaan strategi dalam pemasaran, kiat-kiat
pemasaran yang berbasis mutu produk, mutu pelayanan yang berorientasi kepuasan
konsumen, efektivitas dan efisiensi transportasi dan distribusi pesanan yang
tepat waktu, dan strategi kebijakan dalam penetapan harga jual yang kompetitif
dan lainnya, semua hal tersebut belum banyak yang berorientasi pada pencapaian
kepuasan konsumen dari berbagai nilai kepuasan, sehingga banyak perusahaan yang
sering mengalami naik turun penjualannya, bahkan penurunan loyalitas pelanggan,
hal ini bahkan menjadi sesuatu yang sangat mengganggu prospektif perkembangan
usaha bagi perusahaan-perusahaan komponen otomotif yang sangat tajam
persaingannya. .
Sehubungan dengan pembahasan tersebut maka penulis sangat
tertarik untuk membahas masalah ini dan kami coba untuk memformulasikan tema
penelitian ini yaitu Strategi Meningkatkan
Keunggulan Bersaing Dengan Menerapkan Metode Market Commitment Model pada PT. Laksana Teknik Makmur di Ciluengsi - Bogor, Jawa Barat
2.
IDENTIFIKASI
MASALAH
Berdasarkan
kajian tersebut diatas maka dapat disintesiskan bahwa inti dari keberhasilan
usaha seyogyanya usaha tersebut dikelola secara sistemik, yaitu yang
berlandaskan kajian konseptual, baik pada tataran level pucuk pimpinan, level
pimpinan menengah maupun pimpinan dibawah. Apabila dikaji lebih mendalam
tentunya level pucuk pimpinan lebih menfokuskan pembahasan yang bersifat
strategis konseptual, sedangkan pimpinan menengah lebih menekan pada kontribusi
sumber daya seoptimal mungkin sedangkan pimpinan bawah menekankan pada
efektivitas dan efisiensi proses operasional.
Pada penelitian
ini kami penulis akan membahasnya mulai dari tugas dan tanggung jawab pucuk
pimpinan, yaitu seyogyanya diawali oleh suatu perencanaan yang bersifat
strategis. Bila diidentifikasi keberhasilan suatu perencanaan strategis
terutama yang menfokuskan pada aspek pemasaran tentunya banyak dipengaruhi oleh
beberapa aspek diantaranya berbagai program dan kegiatan yang mengarah pada
teknis operasional menyangkut produk itu sendiri agar tercapainya kepuasan
pelanggan, kebijakan dalam menetapkan harga jual yang kompetitif, mutu dan
desain produk, efisiensi transportasi dan distribusi, pelayanan yang berbasis
pada kepuasan konsumen, efektivitas dan efisiensi proses produksi, ketepatan
mengelola keuangan perusahaan yang akuntabel, likuid, solvabel dan rentabilitas
yang tinggi.
3. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan
kajian dari identifikasi permasalahan tersebut diatas, dan mengingat berbagai
keterbatas peneliti maka penelitian ini akan dibatasi pada aspek kebaikan dan
ketepatan dalam menyusun dan mengembangkan kajian strategis berbasis nilai-nilai
kepuasan konsumen, dan hal ini akan dipengaruhi beberapa aspek diantaranya yang
sangat signifikan akan keberhasilan dan baik buruk perencanaan strategis
tersebut diantaranya komitmen dari perusahaan untuk aspek kepuasan pelanggan
dan analsis terhadap perilaku pesaing, hal ini menjadi landasan dasar komitmen
bagi perusahaan.
4. KEGUNAAN PENELITIAN
Adapun kegunaan
dari rencana penelitian ini diantaranya:
a.
Sebagai tambahan literatur ilmiah menyangkut perencanaan
strategis yang berbasis pemasaran
b.
Secara praktis, hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi Politeknik STMI Jakarta dan secara kuhsus untuk perusahaan-perusahaan
Industri dalam kajian literatur melalui penelitian ilmiah tentang baik buruknya suatu kajian
Strategi berbasis pada komitmen terhadap nilai-nilai kepuasan konsumen dalam
rangka menghadapi persaingan usaha melalui penerapan metode Market Commitment
Model.
c.
Kegunaan lainnya adalah untuk
memperkaya khasanah literatur tentang baik buruknya suatu Kajian Strategi berbasis nilai-nilai
kepuasan konsumen dalam rangka menghadapi persaingan usaha melalui penerapan
metode Market Commitment Model.
B A B II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Kepuasan Pelanggan
Menurut
Gaspersz pelanggan adalah penerima atau
pemakai produk berupa barang atau jasa. Pada umumnya pelanggan adalah orang
yang berada di luar organisasi dan menerima hasil akhir organisasi, namun
sering kali pelanggan dapat berada dalam organisasi. Selanjutnya dikatakan
bahwa pelanggan dalam dunia bisnis adalah orang yang memaksimalkan nilai dalam
kaitannya dengan biaya pencarian serta pengetahuan, mobilitas, pendapatan yang
terbatas. Mereka membentuk harapan atas nilai dan bertindak berdasarkan kondisi
keterbatasan tersebut. Artinya pelanggan selalu berprinsip maksimalisasi
kepuasan dengan minimalisasi biaya dan tenaga di dalam pencararian kepuasan
tersebut.[1]
Pelanggan sebagai orang yang paling penting dalam satu
lingkungan usaha, pelanggan tidak tergantung pada produsen, tapi produsenlah
yang tergantung pada pelanggan karena
tanpa pelanggan melakukan konsumsi atas produk suatu perusahaan mustahillah
perusahaan dapat meningkatkan produk atau pendapatannya. Oleh karena itu,
pekerjaan produsen untuk dapat mempertahankan pelanggan harus diberi pelayanan
dengan baik sehingga akhir dari tujuan bisnis pada dasarnya tercapainya
kepuasan pada pelanggan dan tentunya diharapkan tercapainya saling
menguntungkan antara pelanggan dan produsen.
Tugas perusahaan adalah memberikan pelayanan kepada
pelanggan dengan menciptakan produk dan jasa yang tepat. Produk tersebut
memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen dengan menawarkan nilai pelanggan.
Konsumen adalah mereka yang memanfaatkan hasil dari suatu badan, perusahaan,
institusi, atausering juga disebut sebagai orang yang mau membelanjakan uangnya
untuk membeli suatu yang ditawarkan oleh suatu badan. Dengan demikian,
mahasiswa sebagai orang yang mengambil manfaat dari jasa yang diberikan Lembaga
perguruan tinggi dapat dikategorikan sebagai konsumen Lembaga perguruan tinggi.
Lembaga pendidikan selalu berusaha memberikan pelayanan pendidikan yang
sebaik-baiknya kepada para mahasiswa yang dibinanya.
Berdasarkan
kajian tersebut dapat dikatakan bahwa pelanggan adalah penerima atau pemakai
dari jasa atau produk yang diberikan oleh suatu unit usaha yang memiliki
keinginan dan hasrat secara kontinu untuk mengguna-kannya. Pelanggan bagi suatu
usaha
yang telah dicapai berarti mereka yang sering kembali untuk membeli barang/jasa
yang dijual perusahaan, tentunya karena mereka merasa puas terhadap perusahaan,
apakah kepuasan tersebut dicapai karena produk/jasa yang dibeli, atau
menyangkut harga atau hal lainnya sehingga kembali untuk membeli produk/jasa
yang dijual tersebut.
Apabila didalam benar tentang makna dari
kepuasan tersebut maka menurut Zeithaml dan Bitner Kepuasan adalah Satisfaction is the consumer’s fulfillment
response. It is a judgement that a product or service feature, or the product
or service itself, provides a pleasurable level of consumtion related
fulfillment.[2]
Pendapat ini lebih menfokuskan pada respons yang sudah
terpenuhi keinginannya. Ada perkiraan terhadap features barang dan jasa, yang telah memberikan tingkat kesenangan
tertentu dan konsumen betul-betul puas. Dari definisi diatas sangat berperan riel benefit yang diterima oleh konsumen
dengan apa yang mereka bayangkan sebelumnya. Dari pendapat tersebut maka dapat
dikatakan bahwa tingkat kepuasan merupakan fungsi dari apa yang menjadi
keinginan, harapan, dan kebutuhan pelanggan dengan apa yang diperoleh atau
dirasakannya. Jadi dapat dikatakan bahwa apabila jasa pelayanan yang diberikan
oleh organisasi pemerintah maupun swasta (private)
tidak sesuai dengan keinginan, harapan, dan kebutuhan pelanggan maka pelanggan
akan merasa tidak puas atau kecewa. Sebaliknya apabila keinginan, harapan dan
kebutuhan pelanggan terpenuhi maka pelanggan merasa puas.
Jadi kepuasan adalah fungsi dari perceived performance dan expectation. Pengertian expectation menurut Pasuraman dan Berry
adalah merupakan standar perbandingan yang biasa digunakan dalam dua cara yang
berbeda yaitu: What customer believe wil
occur in aservice encounter (predictions) and what customers want to occur
(desires), yang berarti apa yang akan dipikirkan pelanggan dalam menghadap
pelayanan (persepsi) dan apa yang ingin diperkirakan pelanggan (keinginan). Sedangkan bila dilihat pendapat Pengertian kepuasan pelanggan menurut Peter D. Bernnet yaitu:
Customer satisfaction is the degree to which there
is match between the customer’s expectations of the product. Expectations are
formed based on information receive from sales people, friend, family, opinion
leaders, etc, as well as past experience with the product. This is an important
measure of ability of a firm to successfully meet the needs of its customer.[3]
Pendapat pakar ini melihat secara
luas tentang kepuasan pelanggan, artinya kepuasan pelanggan dapat dicapai pada tingkat
dimana ada kesesuaian antara harapan pelanggan terhadap suatu produk dan
prestasi atau penampilan yang sebenarnya dari produk tersebut. Harapan terbentuk berdasarkan informasi konsumen
yang diterima dari penjual, teman, keluarga, pendapat pemimpin, dan sebagainya,
serta dari pengalaman masa lampau terhadap produk tersebut. Ini merupakan suatu
pengukuran yang penting yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengetahui
kebutuhan pelanggannya. Kotler and Clark
Satisfaction is the state felt by a person who has
experienced a performance (or outcome) that has fulfilled his or her
expectations. Satisfaction is thus a function of relative levels of expectation
and perceived performance expectations are formed on the basis of post
experiences with the same or similar situations, statements mode by friend and
other associates, and statements mad by the supplying organization[4]
Kepuasan pelanggan merupakan suatu pengertian yang sulit didefinisikan
karena pada dasarnya kepuasan merupakan tuntutan perasaan secara psikologis.
Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai sistem
nilai yang berlaku pada dirinya. Alen seperti yang dikutip As’ad mengatakan
bahwa betapapun sempurnanya rencana organisasi dan pengawasan serta penelitian,
bila tidak dapat dijalankan tugasnya dengan penuh minat dan gembira maka suatu
perusahaan tidak akan mencapai hasil sebanyak yang sebenarnya dapat dicapai.[5] Faktor manusia ternyata cukup berperan dalam mencapai hasil sesuai
tujuan perusahaan dan pemberian motivasi oleh pimpinan amat diperlukan agar
tercapai kepuasan.
Menurut
Kotler ada 4 tools yang dapat
digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan. 1). Sistem keluhan dan saran,
organisasi yang berpusat pada pelanggan (customer-centered)
memberikan kesempatan yang luas kepada pelangganya untuk menyampaikan saran dan
keluhan. Misalnya dengan cara menyediakan kotak saran, kartu komentar, customer hot lines, e-mail, atau halaman web. Semua informasi yang mengalir tersebut
memberikan keuntungan bagi perusahaan/lembaga perguruan tinngi dengan banyaknya
ide-ide bagus dan membuat mereka mampu bereaksi secara cepat dalam
menyelesaikan masalah pelanggan, 2). Ghost
shopping, untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan dengan cara
mengerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap seperti pembeli
potensial. Kemudian mereka melaporkan temuan-temuannya, baik yang positif
maupun yang negatif tentang produk lembaga dan produk pesaing, dan mengamati
dan menangani setiap keluhan pelanggan, 3). Lost
customer analysis, pelanggan yang berhenti membeli produk
perusahaan/lembaga perguruan pindah keproduk pesaing. Untuk itu harus diketahui
apa penyebabnya dan kemudian pihak perusahaan harus kembali menghubungi
pelanggan tersebut dan diadakan exit interview.
Karena peningkatan customer loss rate
menunjukan kegagalan perusahaan atau lembaga dalam memuaskan pelanggan, 4).
Survei kepuasan pelanggan, hasil studi menyatakan bahwa meskipun konsumen
merasa tidak puas, tetapi mereka tidak melakukan komplein/mengeluh dengan
demikian komplein bukan merupakan indikator yang baik untuk mengukur kepuasan
pelanggan.[6] Berdasarkan
kajian teoritis seperti tersebut di atas, secara sintesis kepuasan pelanggan
dapat disimpulkan sebagai adanya persepsi positif dan perasaan senang dari
pelanggan sebagai hasil perbandingan yang selaras antara prestasi kerja perusahaan dan
harapan pelanggan melalui produk/jasa yang
dinikmatinya.
Untuk mengukur tingkat kepuasan
pelanggan bagi suatu lembaga bisnis yang berorientasi pada pencapaian
keuntungan maka ada beberapa dimensi yang harus dipenuhi yaitu 1) citra
kelembagaan; menyangkut kebanggaan dari pelanggan, 2) prestasi kerja perusahaan dan ; 3)
prestasi kerja anggota organisasi, diantaranya baik menyangkut pelayanan terhadap
konsumen, ketepatan waktu dalam melayani minimnya tingkat complain pengembalian
barang dna jasa yang ada.
b. Persaingan Usaha
Persaingan usaha
pada prinsipnya akan selalu terjadi dalam dunia bisnis, mengingat bahwa harapan
untuk mencapai tingkat keuntungan yang maksimal dalam menjalankan suatu usaha
tergantung pada pencapaian konsumen secara luas dan kontinue, sehingga dunia bisnis
selalu kecenderungan berorientasi untuk mencari pelanggan, sementara dilapangan
bukan hanya dia yang terjun dalam bisnis tersebut maka tentunya mereka akan
mempelajari perilaku para pesaing dalam bisnis tersebut. Hal ini sejalan dengan
pendapat Philip Kotler yang membatasi pemahaman bahwa analisis pesaing
merupakan suatu perbuatan menganalisis atau mengidentifikasi apa-apa saja yang
dilakukan oleh pihak pesaing atau perusahaan lainnya yang menghasilkan barang
atau jasa yang serupa dengan produknya.
Menurut Peter D. Bernnet hal-hal yang perlu
dilakukan adalah:
·
Identifikasi pesaing
·
Menentukan sasaran pesaing
·
Identifikasi strategi pesaing
·
Analisis kekuatan dan kelemahan pesaing
·
Identifikasi reaksi pesaing
·
Strategi menghadapi reaksi pesaing.[7]
Tujuan utama perusahaan
mengadakan analisis pesaing adalah agar perusahaan dapat mengetahui keunggulan
pesaing dalam bidang mana serta di mana letak kelemahan pesaing, dimana dengan
mengetahui keunggulan dan kelemahan pesaing, perusahaan dapat dengan mudah
melakukan berbagai serangan terhadap kelemahan pesaing dan berusaha untuk
bertahan jika suatu waktu terjadi serangan balik dari pesaing. Cara mengidentifikasi
pesaing yaitu dengan mengetahui secara jelas apa jenis produk yang ditawarkan
oleh pesaing, melihat besarnya pasar yang dikuasai(market share) pesaing
melalui segmen pasar yang akan dimasuki. Selain itu juga berusaha untuk
memasuki dan mengusahakan untuk menciptakan peluang baru yang sebesar-besarnya
serta mencari tahu keunggulan dan kelemahan yang dimiliki pesaing. Adapun sasaran
pesaing adalah; 1) Memaksimalkan laba; 2) Memperbesar market share; 3) Meningkatkan
mutu produk
Dalam melakukan analisis
pesaing, salah satu hal yang perlu dilakukan adalah mengetahui kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki pesaing, dimana informasinya dapat diperoleh dari
pelanggan, karyawan atau lembaga lain. Informasi kekuatan dan kelemahan pesaing
diantaranya dalam bidang keuangan, sumber daya manusia, produksi dan teknologi
atau dalam bidang pemasaran, serta strategi produk, harga, distribusi, maupun
promosi yang mereka lakukan. Kekuatan
yang dimiliki pesaing harus dipertimbangkan mengingat mereka dapat pula
memanfaatkan kekuatan untuk melakukan serangan balik. Sedangkan, mengetahui
kelemahan pesaing memudahkan perusahaan untuk melakukan serangan balik.
Strategi yang
dapat dikembangkan untuk pesaing menurut Kotler diantaranya:
1.
Strategi
menyerang pesaing yang lemah lebih dahulu, artinya menyerang perusahaan yang
dianggap lemah dalam teknologi, jaringan, ataupun modal.
2.
Pesaing
langsung menyerang lawan yang kuat, penyerangan secara langsung terhadap
kelemahan yang dimiliki lawannya.
3.
Strategi
gerilya, yaitu strategi yang dilakukan pesaing dengan mnembak dan lari.
Biasanya dilakukan dengan menunggu lawannya yang sedang lengah
4.
Bertahan
terhadap setiap serangan yang dilakukan lawan atau mengimbangi serangan yang
dilakukan lawan. Biasanya menunggu lawan menyerang lebih dahulu, namun bagi
perusahaan yang lemah hal ini sangat berbahaya.[8]
Untuk
mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan pesaing diantaranya perlu melakukan
hal-hal sebagai berikut:
1.
Mencari
dan mengumpulkan data tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan sasaran,
strategi, dan kinerja pesaing.
2.
Mencari
tahu kekuatan pesaing
dalam hal keuangan, sumber daya manusia, teknologi, serta lobi di pasar.
Strategi menghadapi pesaing
dapat dilakukan dengan cara melemahkan dan menghancurkan pesaing dengan
memasang strategi yang kompetitif, dimana strategi kompetitif dilakukan dengan
melihat posisi keberadaan kita sebelum melakukan penyerangan. Menurut Kotler Ada
beberapa reaksi yang kemungkinan muncul apabila pesaing diserang diantaranya:
1.
Apabila
kita menurunkan harga, akan diikuti pesaing dengan menurunkan harga pula,
bahkan mungkin lebih rendah dari kita.
2.
Apabila
kita memberikan hadiah, akan dibalas juga dengan hadiah yang lebih baik.
3.
Apabila
kita memberikan diskon dalam jumlah tertentu kepada pelanggan, pesaing juga
member diskon yang lebih menarik.
4.
Apabila
kita membebaskan biaya seperti administrasi, pasti akan diikuti pesaing dengan
jumlah biaya yang lebih murah.
5.
Apabila
kita membuka cabang di suatu lokasi, akan dibalas oleh pesaing dengan membuka
cabang di lokasi perusahaan kita.[9]
Strategi bagi
perusahaan-perusahaan pada dasarnya berbeda tergantung pada keberadaan
perusahaan tersebut, apakah perusahaan tersebut telah dapat dikategorikan
sebagai pemimpin pasar, atau sebagai pengikut pasar. Tujuan dari strategi yang
diciptakan oleh pemimpin pasar pada prinsip ingin selalu tetap menjadi nomor satu di pasar, kadangkala
mereka selalu menjadi yang pemula dalam melakukan strategi misalnya menciptakan
diversifikasi produk, memberikan promosi, kebijakan penetapan harga jual,
meningkatkan kualitas produk yang telah ada dan hal-hal lain yang belum
dilakukan oleh pesaing. Sementara pengikut/penantang pasar hanya dapat
mencontoh apa yang dilakukan pemimpin pasar
c. Pengertian Dasar Metode Market Commitment Model
Market
Commitment Model pada dasarnya suatu landasan berpikir pemaham an tentang pasar dan konsumen,
artinya seyogyanya suatu perusahaan harus mengerti apa dan siapa yang ada
dipasar, dan bagaimana perilaku mereka termasuk perilaku konsumen yang
senantiasa berkembang dan berubah setiap saat. Model ini menyediakan fasilitas
untuk mengembangkan strategi berdasarkan customer value, dimana banyak value
(nilai) yang harus diantisipasi sebagai kebutuhan memperoleh kepuasan konsumen
/ pelanggan, agar perusahaan akan lebih kompetitif dan efektif daripada
perusahaan lain, strategi ini memaksimalkan seluruh sumber daya perusahaan
untuk memanfaatkan peluang bisnis dan meningkatkan kinerja dan penjualan. Sejalan
dengan uraian diatas pendapat Freddy Rangkuti mendefinisikan metode market
commitment model adalah suatu desain rancangan tentang bagaimana mengetahui
perilaku konsumen dan para pesaing yang ada dipasar sebagai landasan berpikir
menyusun suatu strategi yang mengantisipasi perubahan perilaku customer value.
Sedangkan menurut Michael E. Porter keunggulan bersaing dimulai dari menyusun
suatu perencanaan yang menggunakan informasi pasar agar dapat menentukan posisi
bersaing yaitu setelah mengetahui perilaku konsumen dan para pesaing.
Fokus
pembahasan pada market commitment model ini bukan berlandaskan pada apa yang
baik atau apa yang dapat dibuat oleh perusahaan, akan tetapi dimulai dari
pemikiran tentang apa yang dibutuhkan atau apa yang diinginkan oleh konsumen,
dan bagaimana perusahaan dapat memuaskan keingginan konsumen tersebut. Kekuatan
perusahaan untuk mempengaruhi customer value ini merupakan pengenalan secara
mendalam persepsi para konsumen, baik menyangkut daya beli, hasrat, minat dan
keinginan serta pemikiran barang-barang substitusi (barang pengganti), hal ini
yang menjadi landasan kinerja untuk meningkatkan kepuasan konsumen dengan lebih
baik dari yang dilakukan oleh pesaing. Sejalan dengan hal tersebut menurut
Freddy Rangkuti, perusahaan harus proaktif dan merespon kebutuhan konsumen, dan
harus paham benar akan keberadaan pasar dan konsumen. Lebih rinci Rangkuti
menjabarkan tentang metode market commitment model, harus memiliki 3 dimensi
yaitu:
1.
Perusahaan harus memiliki komitmen bahwa customer yang
mjenjadi landasan berpikir untuk mengembangkan dan menjalankan bisnis.
2.
Memiliki empat dimensi bentuk keunggulan bersaing yaitu
a) menyangkut harga, b) emosi, c) pelayanan dan d) pelayanan.
3.
Memiliki dukungan potensi yang dapat diukur pada keempat
bentuk keunggulan bersaing.
Kolaborasi
antara komitmen dan keempat dimensi tersebut seyogyanya bersifat kausal
organik, artinya saling bergantung dan mempengaruhi dalam suatu organik yang
berpusat pada komitmen perusahaan, dan hal ini dapat digambarkan yaitu sebagai
berikut:
Komitmen
|
Harga
|
Emosi
|
Pelayanan
|
Kinerja
|
Komitmen
perusahaan untuk membangun strategi keunggulan dalam persaingan usaha hendaknya
memenuhi 4 dimensi yang dibutuhkan oleh perusahaan yaitu menyangkut harga,
emosi, kinerja dan pelayanan. Keempat dimensi ini mempunyai aspek-aspek
pendukung, diantaranya:
·
Dimensi pertama, dimensi harga mempunyai aspek-aspek
pendukung diantara-nya a) harga terendah, yaitu yang kompetitif dari pesaing,
b) Political will, misalnya kebijakan masalah discount, bonus, korting, sistem
pembayaran kredit/cicilan, dan lainnya, c) efisiensi harga pokok produksi dan
harga pokok penjualan
·
Dimensi kedua, dimensi emosi, mempunyai aspek-aspek
pendukung diantaranya; a) recognition, yaitu merupakan kinerja perusahaan untuk
meningkatkan rasa loyalitas sebagai pelanggan, membangkitkan selera, minat dan
hasrat membeli dari konsumen, b) aspek design, yaitu daya cipta perusahaan agar
perasaan konsumen yang awalnya tidak ada perhatian dan merubahnya menjadi
ketertarikannya terhadap produk perusahaan, c) aspek innovative, yaitu aspek
yang bernilai pembaharuan dalam rangka membangkitkan ras selera, minat dan
hasrat konsumen untuk membeli pada produk perusahaan, d) political will, yaitu
aspek penciptaan kebijakan yang fleksibel agar konsumen mempunyai persaan
senang untuk berbelanja diperusahaan atau produk perusahaan.
·
Dimensi ketiga adalah kinerja, dimana unjuk-unjuk kerja
perusahaan adalah menfokuskan pada apa yang dibutuhkan oleh konsumen, hal ini ditunjang
oleh aspek-aspek a) functionality, yaitu masing-masing fungsi didalam
perusahaan dalam berkarya dan menghasilkan hasil kerja seyogyanya berorientasi
pada standar keinginan konsumen, b) aspek realibility, kecanggihan kinerja dari
seluruh pegawai perusahaan terletak pada orientasi pemenuhan kepuasan konsumen,
tanpa harus terjadinya complain atau mungkin karena terdapatnya barang riject,
rusak maupun hilang/rusak, c) speed, yaitu kecepatan dalam menyelesaikan
pesanan maupun keinginan konsumen secara tepat dan berdaya guna, d) convenience,
yaitu jenis dan kedalaman kinerja yang senantiasa berkorelasi dengan keinginan
konsumen.
·
Dimensi keempat adalah pelayanan, strategi pelayanan
adalah sejauh mana orientasinya terhadap dinamika keinginan dan kebutuhan akan
kepuasan konsumen, hal ini dipenuhi oleh aspek-aspek; a) comprehensive, artinya
pelayanan yang dilakukan untuk memperoleh kepuasan konsumen seyogya secara
komprehensive, baik menyangkut kepuasan dari nilai harga, nilai produk, dan
kemasan serta mutu produk, nilai ketepatan waktu, fleksibilitas, penghargaan,
tepat sesuai yang dibutuhkan, terhindar akan adanya complain, barang rusak,
cacat, hilang dan lainnya; b) available, ketersediaan akan pemenuhan pelayanan
baik menyangkut sarana pelayanan maupun prasarana yang dibutuhkan, c)
personalized, yaitu menyangkut pelayanan dari para pegawai terutama bagi
karyawan front didepan yang langsung berhadapan dengan konsumen, seyogyanya
memiliki pengetahuan yang komprehensif, multidisipliner, ramah dan santun,
rapih dan berpenampilan menarik dean sopan, dean d) symbiotic, yaitu saling
menguntungkan, dimana dengan berbagai pengorbanan perusahaan yang cukup besar
hendaknya secara paralel diikuti meningkatnya secara signifikan pelanggan dan
konsumen.
d. Perencanaan Strategis
Untuk mencapai keberhasilan dari tujuan suatu organisasi
baik organisasi profit oriented maupun social oriented pada prinsipnya pihak
manajerial hendaknya mengembangkan suatu metode dengan pendekatan yang
rasional, objektif dan mempunyai kekuatan dalam rangka menciptakan nilai-nilai
inovasi dan kreativitas. Hal ini dapat dilakukan apabila dilandasi oleh adanya
perencanaan yang baik. Suatu perencanaan akan memberikan gambaran tentang
tujuan apa yang akan dicapai oleh organisasi, bagaimana pelaksanaannya dan siapa
yang bertanggung jawab.
Bagaimanapun masa depan suatu oragnisasi akan
diperhadapkan oleh hal-hal yang tidak
pasti, namun bila mengkaji berdasarkan empirik dan pengalaman maka
ketidakpastian tersebut akan dapat diprediksi dan diantisipasi terutama menyangkut
tantangan, hambatan dan kendala yang akan dihadapi oleh anggota organisasi, dan
seyogyanya dengan adanya perencanaan yang baik maka antisipasi terhadap keselarasan antara keberadaan, tentang
kekuatan dan kelemahan organisasi dengan hambatan, tantangan dari lingkungan
eksternal organisasi akan dapat mengeliminir factor ketidakpastian tersebut.
Perencanaan pada dasarnya merupakan salah satu fungsi
dasar manajemen untuk melaksanakan berbagai aktivitas melalui orang-orang.
(Hodgetts, 1994)
berpendapat bahwa “Management is gettingh things done through people by used
basic function are planning, organization, actuating, and controlling.” Pada mulanya perencanaan dikenal sebagai
proiduk fisik, contoh gambar bangunan, mobil dan layout, sekarang sudah termasuk
sebagai nilai yang abstrak, misalnya cita-cita, impian, keinginan masa depan. Perencanaan makro akan
menghasilkan rencana kerja secara konkrit, sedangkan perancangan mikro
menghasilkan desain.
Bila diformulasikan dengan mempertimbangkan berbagai
pendapat para pakar, maka perencanaan adalah proses mengambil keputusan untuk
menjawab berbagai pertanyaan mengenai strategi dan kegiatan yang harus
dilakukan untuk mengurangi masalah dan ketidakpastian dalam rangka mencapai
masa depan. Masalah, hambatan dan tantangan yang jelas akan dialami suatu
organisasi disebabkan oleh adanya berbagai keterbatasan dari sumber daya yang
dimiliki, atau bahkan cara, metode dan kiat-kiat anggota organisasi yang belum
maksimal dalam memanfaatkan sumber daya, oleh sebab itu diperlukan suatu perencana yang memenuhi
syarat logis, mudah dimengerti, masuk akal, fleksibel terhadap dinamika kinerja
orang-orang, objektif menyangkut kepentingan umum, memperhatikan kendala,
lingkungan fisik dan sosial. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan komitmen
dari anggota organisasi secara menyeluruh tentang pemahaman yang harus
dilaksakan oleh anggota organisasi.
Suatu perencanaan yang baik bagi pengembangan bisnis
adalah manakala mengantisipasi perilaku dan kemauan konsumen, berbagai macam
nilai-nilai kemauan konsumen yang dapat dijadikan dasar pertimbangan membuat
suatu strategi. Sementara
pengertian secara harfiah dari strategi adalah berawal dari manufer kekuatan
untuk memenangkan suatu peperangan dalam menghadapi musuh, namun dalam
perjalanan waktu secara mendasar telah dikembangkan untuk kepentingan
organisasi profit oriented maupun social oriented yaitu sebagai determinasi
mendasar bagi kebutuhan jangka panjang untuk mencapai suatu tujuan dengan
menggunakan berbagai keterbatasan sumber daya dalam rangka memperoleh
peluang-peluang dimasa akan datang.
Jadi Pada prinsipnya suatu strategi dapat menentukan
tujuan jangka panjang, program aksi, perioritas menggunakan sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan dengan memperhitungkan kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang ada. Disamping itu suatu strategi akan memberikan
manfaat dan kontribusi pada stakeholder dalam rangka pencapaian kepuasan total.
Secara sintesis dapat disimpulkan bahwa strategi adalah suatu siasat untuk
mencari jalan dalam mengatasi masalah dan memberikan arahan kegiatan untuk
mencapai tujuan melalui penggunaan sumber daya secara produktif
Apakah perencanaan strategis itu ? Menurut Olsen dan
Eadie (1982, h.4), perencanaan strategis adalah suatu upaya yang didisiplinkan
untuk membuat keputusan dan tindakan penting yang membentuk dan memandu
bagaimana menjadi organisasi atau entitas lainnya, apa yang harus dikerjakan
organisasi dengan mengerjakan hal seperti itu. Jadi perencanaan strategis
mensyaratkan pengumpulan informasi secara luas, eksplorasi alternatif, dan
menekankan implikasi masa depan bagi keputusan sekarang. Perencanaan strategis
juga dapat menfasilitasi komunikasi dan partisipasi, mengakomodasi kepentingan
dan nilai yang berbeda, serta membantu pembuatan keputusan secara tertib maupun
keberhasilan implementasi keputusannya.
Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya bahwa
perencanaan strategis merupakan alat
yang direncanakan untuk bekerja
berdasarkan strategi tertentu sebagai dasar pengambilan keputusan untuk
menghadapi berbagai ketidakpastian dimasa akan datang guna mendukung pencapaian
tujuan dari organisasi, oleh sebab itu perlu adanya komitmen dari seluruh
anggota organisasi. Suatu perencanaan strategi yang baik akan memberikan arahan
yang jelas terhadap apa yang akan dilaksanakan dari berbagai pertimbangan,
mengingat ada beberapa alternatif yang menjadi dasar pertimbangan sehingga adanya perencanaan strategi.
Sebelum menyusun perencanaan strategi perlu terlebih
dahulu menjawab pertanyaan ini sebagai berikut:
a)
Dimana
kita berada pada saat kini ?
b)
Kemana
kita hendak menuju ?
c)
Bagaimana
kita mengukur kemajuan yang telah dicapai ?
d)
Bagaimana
caranya kita dapat sampai ke tujuan ?
e)
Bagaimana
caranya dapat terus mengikuti kemajuan kita setiap saat ?
Pertanyaan
tersebut pada saatnya akan membahas secara tuntas keberadaan organisasi pada
saat sekarang dan saat masa datang, dengan berbagai kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki dengan memanfaatkan berbagai peluang dan keuntungan lingkungan
eksternal organisasi, sehingga diharapkan tingkat produktivitas kerja dimasa
akan dating akan meningkat.
Peningkatan
produktivitas kerja organisasi pada umumnya diperlukan perhi-tungan kajian yang
mendalam dan terencana tentang penggunaan berbagai sumber daya dan
profesionalisme tenaga kerja, hal ini diharapkan akan tercapai maksimalisasi
penggunaan sumber daya melalui kemampuan tenaga yang trampil dan handal, yaitu
agar tercapainya tingkat efektivitas dan efisiensi kerja. Dari kajian tersebut
jelas pola dan sistem kinerja yang tercipta melalui perencanaan yang matang
diharapkan dapat menghindari hambatan, kegagalan dalam suasana masa depan yang
tidak pasti guna pencapaian tujuan.
Secara luas
David A. Curtis menjelaskan bahwa suatu perencanaan yang baik akan memberikan
implikasi dan manfaat seperti :
a)
Memberikan
komitmen
b)
Menyediakan
pilihan alternatif dan manfaat
c)
Memperbaiki
keputusan
d)
Meningkatkan
efektivitas dan efisiensi
e)
Meningkatkan
komunikasi
f)
Menghindari
hambatan dan ketidakpastian
g)
Menghindari
kegagalan
h)
Mencapai
tujuan dalam waktu terbatas
Pendapat Curtis seperti tersebut di atas mengkaji secara
luas makna secara harfiah dari suatu perencanaan, dengan asumsi bahwa
unjuk-unjuk kerja dari anggota organisasi baik untuk ingkat bawah sampai level
manajemen tingkat atas mengetahui secara transparan rencana yang telah disusun
oleh pihak pimpinan, dan aspek informasi juga merupakan salah satu sumber daya
perusahaan yang perlu dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan kajian tersebut
maka secara sintesis dapat disimpulkan bahwa suatu perencanaan strategi
merupakan salah satu alat bagi pihak manajemen untuk dapat berkarya secara
maksimal dengan memanfaatkan secara optimal berbagai kekayaan organisasi dan
peluang-peluang yang tersedia di lingkungan eksternal organisasi.
B A B
III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif evaluatif
yang dilaksanakan berdasarkan studi kasus, yaitu dengan dengan melakukan metode
action research, dimana pelaksanaannya melakukan pengukuran keempat komitmen terhadap kinerja perusahaan, apakah
selama ini perusahaan memiliki komitmen yang kuat terhadap dimensi harga,
emosi, kinerja perusahaan dan pelayanan terhadap peningkatan kepuasan konsumen
a. Tempat
dan waktu penelitian
Penelitian ini akan
dilaksanakan pada kantor pusat PT. Laksana Teknik Makmur di Cileungsi - Bogor, dalam jangka waktu 6 bulan.
b. Populasi
dan Sampel
b.1. Populasi
Populasi
penelitian adalah seluruh data dalam proses bisnis pada PT. Laksana Teknis
Makmur selam 5 tahun terakhir,
dan populasi terjangkau adalah data proses bisnis selama periode 2017.
b.2. Sampel
Sampel penelitian ini dibatasi hanya pada data kinerja strategi
pemasaran perusahaan selama periode tahun 2017.
c. Prosedur
Pengumpulan Data
Sesuai metoda
yang digunakan dalam pengumpulan data penulis mengambil data dari 2 sumber
pokok yaitu :
1.
Melalui
penelitian kepustakaan (Library Reservest)
sumber ini dilaksanakan untuk mendapat data yang teori-teori atau pendapat dari
para ahli, yang dapat dipakai sebagai acuan pembahasan dalam penelitian ini.
2.
Melalui
penelitian lapangan (Field Resevest).
Penelitian
ini dilakukan secara langsung terhadap industri yang dijadikan sebagai obyek
penelitian, dengan cara :
-
Interview, yaitu mengarahkan tanya
jawab secara langsung baik kepada pimpinan, maupun karyawan yang terkait
tentang proses pembelajaran, pengabdian masyarakat dan penelitian, kehumasan,
dan bagian keuangan.
-
Pengumpulan
data primer, yaitu melalui pengamatan langsung dilapangan terkait tentang
proses perencanaan, strategis pemasaran dan pola pelayanan kepada konsumen., yaitu
dengan mengedar kuesioner.
-
Melalui
Data Sekunder (Dokumen / Arsip) yang terkait tentang proses pembelajaran,
pengabdian masyarakat dan penelitian, kehumasan, dan bagian keuangan.
d. Metode
Penelitian
Berdasarkan tujuan dan
sifat masalah yang diteliti, penelitian ini menggunakan metode penelitian
kuantitatif studi deskriptif evaluatif, dimana model yang akan dikembangkan
adalah strategi pemasaran berdasarkan customer
value. Secara
implisit metode ini berusaha
menggambarkan bukan pada keunggulan perusahaan tetapi apa yang diinginkan konsumen,
sehingga tingkat kepuasan konsumen dapat tercapai.
Teknis analisis data pada penelitian
ini akan dibahas melalui tahapan analisis kuantitatif dengan tahapan
proses sebagai berikut:
1. Tahap pertama;
mengukur komitmen terhadap ke 4 dimensi, yaitu dimensi harga, emosi, kinerja
dan pelayanan
2. Tahap kedua,
mengukur masing-masing dimensi tentang baik buruknya pengalaman selama ini.
3. Tahap ketiga,
mengidentifikasi SWOT dari hasil perhitungan tahap 1, 2.
4. Tahap keempat, Menganalisis
IFAS / EFAS dan kuadran strategi perusahaan.
5. Rekomendasi hasil
analisis temuan data penelitian.
e. Jadwal Penelitian
Adapun jadwal pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama
kurang lebih enam bulan yang dimulai sejak bulan Mei s/d Oktober 2018, dimana
dapat kami jabarkan rincian kegiatan
tersebut dalam tabel sebagai berikut:
No.
|
KEGIATAN
|
Bulan
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||
1.
|
Penyusunan
Proposal
|
||||||
2.
|
Pre
elimenary study
|
||||||
3.
|
Pengembangan
Literatur
|
||||||
4.
|
Penyusunan
dan pengembangan alat ukur dan instrumen penelitian
|
||||||
5.
|
Proses
analisis pendataan
|
||||||
6.
|
Analisis
Terapan MCM
|
||||||
7.
|
Pengujian
hasil analisis data penelitian
|
||||||
8.
|
Analisis
data dan Penyusunan laporan hasil penelitian
|
||||||
9.
|
Finallisasi
dan seminar hasil penelitian
|
Awal pelaksanaan penelitian ini direncanakan sejak
tanggal dan bulan dibuatnya proposal penelitian ilmiah yaitu pada bulan
Mei 2018
B A B I V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1) Analisis Hasil Penelitian
a. Data
Penelitian
Berdasarkan hasil
penelitian lapangan, maka diperoleh data dari para responden, yaitu karyawan
dan pimpinan pada perusahaan PT. Laksana Teknik Makmur, yaitu dengan rincian
sebagai berikut:
No.
|
Kebijakan Penetapan Harga
Variabel X1
|
Pola Pelayanan Karyawan
Variabel X2
|
Kecakapan Pengendalian Emosional
Variabel X3
|
Komitmen Karyawan
Variabel X4
|
Kinerja Karyawan Variabel Y
|
1.
|
32
|
33
|
26
|
36
|
33
|
2.
|
34
|
33
|
23
|
36
|
33
|
3.
|
32
|
33
|
26
|
32
|
35
|
4.
|
31
|
36
|
29
|
28
|
32
|
5.
|
34
|
35
|
30
|
31
|
35
|
6.
|
37
|
35
|
28
|
30
|
35
|
7.
|
40
|
35
|
28
|
30
|
35
|
8.
|
39
|
35
|
30
|
36
|
36
|
9.
|
36
|
35
|
28
|
37
|
36
|
10.
|
35
|
35
|
28
|
37
|
37
|
b. Perhitungan
Statistik Dasar
1. Perhitungan
Distribusi Frekuensi
Rentang = data
terbesar – data terkecil
Banyaknya Kelas
(k) = 1 + 3,3 log n (aturan sturges)
R (Rentang)
Panjang Kelas (P) =
-------------------------------
K (Banyaknya Kelas)
2. Perhitungan
Standar Deviasi
n ∑ f i
x i 2 – ( ∑ f i x i ) 2
n (n – 1)
3. Perhitungan
Mean dengan rumus;
∑ x i
N
4.
Perhitungan Median dengan
rumus;
f
5.
Perhitungan Modus dengan
rumus;
b1 – b2
6.
Perhitungan Standar Deviasi
n ∑ fi
2 xi2 – ( ∑ fi x ) 2
n
(n –1)
s
= standar deviasi
fi
= frekuensi
s2 = Varians (simpangan baku (s) adalah akar dari varians)
n
= fi
xi
= tanda kelas
Untuk menjaga keakurasian hasil perhitungan, proses selanjutnya
dihitung dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for Windows
version 22.00. dan hasilnya
dapat digambarkan sebagai berikut.
Statistik Deskriptif
Variabel
|
N
|
Mean
|
Median
|
Mode
|
S.
Dev.
|
Min
|
Max
|
Range
|
Kebijakan
Penetapan Harga (X1)
|
10
|
35.00
|
34.50
|
32.00
|
3.018
|
31.00
|
34.00
|
3.00
|
Pola
Pelayanan Karyawan (X2)
|
10
|
34.50
|
35.00
|
35.00
|
1.082
|
33.00
|
36.00
|
3.00
|
Kecakapan
Pengendalian Emosional (X3)
|
10
|
27.60
|
28.00
|
28.00
|
2.118
|
26.00
|
30.00
|
4.00
|
Komitmen
Karyawan (X4)
|
10
|
33.30
|
34.00
|
36.00
|
3.433
|
28.00
|
37.00
|
9.00
|
Kinerja
Karyawan (Y)
|
10
|
34.70
|
35.00
|
35.00
|
1.567
|
32.00
|
37.00
|
5.00
|
Berdasarkan statistik deskripsi data
seperti yang tampak pada tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penilaian
karyawan secara rata-rata sangat menekan kan pada kebijakan penetapan harga,
hal ini dapat dilihat nilai meannya adalah sebesar 35.00. Implikasi dari score
yang diperoleh hasil penilaian karyawan tersebut memberikan gambaran bahwa
seyogyanya seluruh harus bekerja secara efisien harga dalam rangka penetapan
harga jual perusahaan dapat mengambil kebijakan terhadap perhitungan untuk
persaingan harga jual, dan seharusnya tentu dibawah harga jual pesaing dan
tetap menjaga mutu produk. Namun bila dilihat nilai tengahnya (median) dimana
nilai median yang paling tinggi adalah pola pelayanan karyawan yaitu sebesar
35.00 dimana paling tinggi dari keempat dimensi lainnya, maka karyawan dalam
hal ini lebih memberikan perhatian terhadap pola pelayanan, yaitu yang bukan
hanya masalah perilaku saja, namun jelas kelengkapan sarana dan prasarana
pelayanan tersebut harus lebih lengkap agar dapat menunjang pelayanan yang
prima, intinya karyawan berharap agar konsumen cukup puas dalam bertransaksi
terhadap perusahaan.
c.
Perhitungan Nilai Interval Statistik Dasar
Selanjutnya dari
hasil tabulasi data dapat
dideskrisikan untuk kelima dimensi variabel penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1.
Kebijakan
Penetapan Harga (X1)
Sesuai dengan hasil olah data di atas, diketahui score Kebijakan Penetapan Harga (variabel X1)
adalah sebagai berikut:
Rentang Kelas = 120 - 98 = 22:
Banyak Kelas = 1 + (3,3) log 60 = 6,87 dan ditetapkan menjadi 7;
Panjang Kelas = 22 : 7 = 3,14 dan dibulatkan menjadi 3
No.
|
Interval
Kelas
|
Frekuensi
Absolut
|
Frekuensi
Relatif (%)
|
Frekuensi
Kumulatif (%)
|
1
|
98
– 101
|
4
|
6,67
|
6,67
|
2
|
102
– 104
|
7
|
11,67
|
18,34
|
3
|
105
– 107
|
6
|
10,00
|
28,34
|
4
|
108
– 110
|
15
|
25,00
|
53,34
|
5
|
111
– 113
|
4
|
6,67
|
60,01
|
6
|
114
– 116
|
13
|
21,67
|
81,68
|
7
|
117
- 120
|
11
|
18,32
|
100
|
Jumlah
|
60
|
100
|
2.
Kebijakan
Pola Pelayanan Karyawan (X2)
Berdasarkan data di atas, distribusi frekuensi variabel Pola Pelayanan Karyawan
adalah:
Rentang Kelas = 36 - 33 = 3:
Banyak Kelas = 1 + (3,3) log 60 = 6,87 dan ditetapkan menjadi 7;
Panjang Kelas = 3 : 7 = 0,48 ditetapkan menjadi 0,5.
No.
|
Interval
Kelas
|
Frekuensi
Absolut
|
Frekuensi
Relatif (%)
|
Frekuensi
Kumulatif (%)
|
1.
|
33
– 33,5
|
3
|
33,33
|
33,33
|
2.
|
33,6 – 34,1
|
0
|
0,00
|
33.33
|
3.
|
34,2
– 34,7
|
0
|
0,00
|
33.33
|
4.
|
34,8
– 35,3
|
0
|
0,00
|
33,33
|
5.
|
35,4 – 35,9
|
6
|
56,67
|
90,00
|
6.
|
> 36
|
1
|
10,00
|
100,00
|
Jumlah
|
10
|
100
|
3.
Kecakapan
Pengendalian Emosional (X3)
Perhitungan distribusi frekuensi variabel Kecakapan Pengendalian
Emosional:
Rentang Kelas = 23 – 30 = 7
Banyak Kelas = 1 + (3,3) log 60 = 6,87 dan ditetapkan menjadi 7;
Panjang Kelas = 7 : 7 = 1,00 dan dibulatkan menjadi 1.
No.
|
Interval Kelas
|
Frekuensi Absolut
|
Frekuensi Relatif (%)
|
Frekuensi Kumulatif (%)
|
1
|
23 – 24
|
1
|
10,00
|
10,00
|
2
|
25 – 26
|
2
|
20,00
|
30,00
|
3
|
27 – 28
|
4
|
40.00
|
70,00
|
4
|
29 – 30
|
3
|
30.00
|
100,00
|
5
|
> 30
|
0
|
0
|
100.00
|
Jumlah
|
10
|
100
|
4.
Komitmen
Karyawan (X4)
Perhitungan distribusi frekuensi variabel Komitmen Karyawan:
Rentang Kelas = 28 – 37 = 9
Banyak Kelas = 1 + (3,3) log 60 = 6,87 dan ditetapkan menjadi 7;
Panjang Kelas = 9 : 7 = 1,28 dan dibulatkan menjadi 1.
No.
|
Interval Kelas
|
Frekuensi Absolut
|
Frekuensi Relatif (%)
|
Frekuensi Kumulatif (%)
|
1
|
28 – 29
|
1
|
10,00
|
10,00
|
2
|
30 – 31
|
3
|
30,00
|
40,00
|
3
|
32 – 33
|
1
|
10,00
|
50,00
|
4
|
34 – 35
|
0
|
0,00
|
50,00
|
5
|
36 – 37
|
5
|
50,00
|
100,00
|
6
|
> 38
|
0
|
0
|
100.00
|
Jumlah
|
10
|
100
|
5.
Kinerja
Karyawan (Y)
Perhitungan distribusi frekuensi variabel Kinerja Karyawan (Variabel Y):
Rentang Kelas = 32 – 37 = 5
Banyak Kelas = 1 + (3,3) log 60 = 6,87 dan ditetapkan menjadi 7;
Panjang Kelas = 5 : 7 = 0,71 dan dibulatkan menjadi 0,75.
No.
|
Interval Kelas
|
Frekuensi Absolut
|
Frekuensi Relatif (%)
|
Frekuensi Kumulatif (%)
|
1
|
32,75 – 33,50
|
1
|
10,00
|
10,00
|
2
|
33,51 – 34,25
|
2
|
20,00
|
30,00
|
3
|
34,26 – 34,00
|
0
|
0,00
|
30,00
|
4
|
35,01 – 35,75
|
4
|
40,00
|
70,00
|
5
|
35,76 – 36,50
|
2
|
20,00
|
90,00
|
6
|
36,51 – 37,25
|
1
|
10,00
|
100,00
|
Jumlah
|
10
|
100
|
Berdasarkan hasil tabulasi data penelitian
terhadap 5 dimensi seperti tersebut diatas, maka dapat disimpulkan penilaian
responden tentang kelima hal tersebut. Adapun hasil penilaian responden
tersebut dapat disintesiskan yakni seperti pada tabel berikut ini:
Variabel
|
Dimensi
|
N i l a i T a b u l a s i
|
||
Tinggi
|
Sedang
|
Rendah
|
||
X1
|
Kebijakan penetapan harga
|
0,467
|
0,350
|
0,183
|
X2
|
Pola Pelayanan karyawan
|
0,67
|
-
|
0,33
|
X3
|
Kecakapan Pengendalian Emosional
|
0,30
|
0,40
|
0,30
|
X4
|
Komitmen Karyawan
|
0,50
|
0,10
|
0,40
|
Y
|
Kinerja Karyawan
|
0,30
|
0,40
|
0,30
|
Berdasarkan hasil penilaian responden terhadap
kelima dimensi yang diformulasikan oleh metode Market Commitment Method, maka
dapat disintesiskan bahwa Keberhasilan bisnis yang dilakukan oleh PT. Laksana
Teknik Makmur, karyawan memberikan pendapat yang paling tinggi ranking nilainya
adalah masalah pola pelayanan karyawan, hal ini dapat dilihat perolehan
nilainya sebesar 0,67, artinya nilai tersebut lebih tinggi dari keempat dimensi
lainnya. Penegasan tersebut dapat dijabarkan bahwa pola pelayanan karyawan
bukan hanya sebatas pada perilaku karyawan dalam melayani konsumen dalam
bertransaksi bisnis, namun juga harus dilengkapi oleh saran dan prasarana
pendukung pada aspek pelayanan tersebut, intinya karyawan jelas berorientasi
pada kepuasan konsumen. Kemudian ranking penilaian karyawan yang kedua
ditegaskan pada komitmen karyawan yaitu dengan memperoleh nilai sebesar 0,50.
Masalah komitmen ini dapat dipertegas bahwa seyogyanya seluruh lapisan dan
elemen karyawan memiliki komitmen dan tanggung jawab akan keberhasilan dalam
bekerja secara efektif dan efisien, mengingat bahwa apabila ada dalam satu
gugusan unit atau group kerja yang memiliki pola kerja kurang efektif dan
efisien, maka jelas akan memberikan dampak tersebut keseluruhan kinerja anggota
organisasi. Selanjutnya ranking ketiga karyawan memberikan penilaian terhadap
kebijakan penetapan harga yaitu dengan memperoleh score sebesar 0,467. Refleksi
dari nilai tersebut memberikan deskripsi bahwa orientasi perusahaan untuk
mencapai keuntungan yang maksimal jelas memberikan dampak secara langsung
terhadap kesejahteraan seluruh karyawan, oleh sebab itu agar perusahaan
memiliki kemampuan bersaing yang cukup kompetitif, diperlukan penetapan harga
harus lebih murah dari pesaing namun tetap berpegang teguh pada mutu produk
yang baik. Implikasi dari penetapan harga jual yang kompetitif tersebut jelas
memberikan suatu gambaran bahwa seluruh karyawan harus bekerja secara efisien
agar dampak akhirnya memperoleh harga pokok yang rendah, sehingga harga jual
dapat ditekankan untuk menghadapi pesaing.
d.
Penetapan Peluang, Kendala, Keunggulan dan
Kelemahan Perusahaan berdasarkan 5 dimensi
Hasil penelitian lapangan yang mana
dengan menyebar kuesioner yang ditujukan kepada para karyawan dari yang
mewakili Pimpinan, bagian pemasaran, bagian produksi, bagian keuangan dan
bagian administrasi umum, berdasarkan hasil pengumpulan kuesioner penelitian
ini diperoleh informasi tentang keadaan perusahaan saat kini, maka dijabarkan
tentang peluang, kendala, keunggulan dan kelemahan perusahaan saat kini
berdasarkan 5 dimensi yaitu sebagai berikut:
1
Peluang-peluang
bisnis
-
Peluang pasar
terbuka luas bahkan untuk pasaran luar negeri
-
Memiliki
komitmen tinggi terhadap kepuasan konsumen
-
Pelanggan
telah memberikan citra positif terhadap produk-produk perusahaan
-
Peka terhadap
perubahan selera pasar
-
Karyawan dan
Pimpinan perusahaan familier dan akrab dengan pelanggan
-
Kualitas
produk sangat kompetitif
-
Desain dan
rancang bangun produk umumnya diterima pasar
2
Kendala dan
hambatan eksternal
- Perilaku diversifikasi produk dari pesaing sangat
kratif dan beragam
- Regulasi wsubsidi dari pemerintah tidak banyak
dimanfaatkan
- Peluang pasar banyak diluar dari core bisnis
perusahaan, namun tetap dikerjakan
- Penelitian pasar dibidang produk-produk after
market sangat minim dilakukan perusahaan
3
Keunggulan-keunggulan
perusahaan
-
Pelanggan
dengan omzet pembelian besar diperlakukan secara khusus, termasuk cara
pembayaran secara kredit
-
Harga jual
memberi manfaat bagi konsumen
-
Harga jual
lebih murah dari pesaing, dan tingkat mutupun lebih baik
-
Pelanggan
semakin berkembang
-
Konsumen
sangat puas akan layanan yang efektif, tepat waktu dalam bertransaksi
-
Sarana dan
prasarana pelayanan cukup baik
-
Penyelesaian
masalah keluhan dan komplain dari pelanggan diselesaikan secara efektif
-
Desain dan
mutu produk sangat kompetitif
4
Kelemahan-kelemahan
perusahaan
-
Adanya
perbedaan harga dari pasar yang berbeda
-
Ongkos kirim
dibebankan kepada konsumen dan pelanggan
-
Lamban dalam
melayani order pembelian pelanggan
-
Prestasi
kerja karyawan belum memuaskan
- Pelayanan
transaksi dagang secara on-line sangat terbatas dilakukan perusahaan
- Rancang bangun dan desain produk masih banyak
disaingi oleh pesaing
- Perusahaan belum tanggap terhadap perubahan
perilaku pesaing, terutama menyangkut diversifikasi produk
2)
Pembahasan
Berdasarkan analisis seperti tersebut
diatas, yang berpedoman pada market commitment method (MCM), dimana komitmen
karyawan dan pimpinan perusahaan yang berorientasi untuk mengadopsi keadaan
lingkungan pasar yang dipengaruhi oleh dimensi kebijakan penetapan harga,
kecakapan pengendalian emosional, pola pelayanan karyawan dan kinerja karyawan,
maka dalam pembahasan setelah dianalisis dengan menggunakan kriteria keunggulan
dan kelemahan perusahaan serta mengkaji aspek peluang-peluang bisnis dan
kendala serta hambatan eksternal, maka selanjutnya dibahas tentang strategi
yang bagaimana yang paling tepat agar perusahaan dapat menanggulangi persaingan
bisnis ini, dalam arti kata bahwa strategi apa untuk dapat menciptakan
keunggulan bersaing. Untuk itu diuraikan analisis dan kajian SWOT yaitu sebagai
berikut:
Internal Faktor Analisis Summary (IFAS)
No
|
Faktor
Internal
|
Bobot
|
Rating
|
Score
(Bobot
x Rating)
|
Prioritas
|
Keterangan
|
STRENGTH (S)
|
||||||
1
|
Ada komitmen kepuasan Pelanggan terhadap harga dan
sistem pembayaran
|
0,15
|
3
|
0,45
|
2
|
Diterapkan
sistem diskon dan pembayaran cicilan
|
2
|
Harga jual memberi manfaat bagi konsumen, dan lebih
murah dari pesaing.
|
0,20
|
4
|
0,80
|
1
|
Pelanggan
umumnya pedagang perantara, sehingga memberikan keuntungan bagi penjualan
mereka.
|
3
|
Pelanggan semakin berkembang
|
0,15
|
1
|
0,15
|
4
|
Pemasaran
dibuka sampai merambah ke sumatera, sulawesi .
|
4
|
Kualitas
produk sangat kompetitif
|
0,15
|
2
|
0,30
|
3
|
Hasil
survei perusahaan, namun kreatifitas pesaing tentang diversifikasi produk
sangat beragam
|
1,70
|
||||||
WEAKNESESS (W)
|
||||||
1
|
Ongkos
kirim dibebankan kepada konsumen dan pelanggan
|
0,10
|
2
|
0,20
|
2
|
Seyogyanya
include dalam harga jual
|
2
|
Lamban
dalam melayani order pembelian pelanggan
|
0,10
|
3
|
0,30
|
1
|
Perlu
ditraining tenaga administrasi umum tentang legal drafting
|
3
|
Prestasi
kerja karyawan belum memuaskan
|
0,05
|
3
|
0,15
|
3
|
Diperkirakan
menyangkut kesejahteraan dan upah + honor
|
4
|
Pelayanan
transaksi dagang secara on-line sangat terbatas dilakukan perusahaan
|
0,05
|
3
|
0,15
|
4
|
Perlu
dibentuk website dan blogspot perusahaan
|
5.
|
Rancang
bangun dan desain produk masih banyak disaingi oleh pesaing
|
0,5
|
3
|
0.15
|
5
|
Perlunya pengembangan profesionalisme
tenaga marketing research
|
0,95
|
||||||
Jumlah
|
1,00
|
IFAS
|
2,65
|
S
|
1,70
|
W
|
0,95
|
S - W
|
0,75
|
External Factor Analysis Summary (EFAS)
No
|
Faktor
External
|
Bobot
|
Rating
|
Score
(Bobot
x Rating)
|
Prioritas
|
Keterangan
|
||
OPPORTUNITY (O)
|
||||||||
1
|
Peluang
pasar terbuka luas bahkan untuk pasaran luar negeri
|
0,20
|
3
|
0,60
|
1
|
Perlunya
pengembangan profesionalisme tenaga marketing research
|
||
2
|
Pelanggan
telah memberikan citra positif terhadap produk-produk perusahaan
|
0,15
|
2
|
0,30
|
2
|
Percepatan mengakses
& sosialisasi informasi dibidang pemasaran
|
||
3
|
Peka
terhadap perubahan selera pasar
|
0,10
|
2
|
0,20
|
4
|
Perlunya
pengembangan profesionalisme tenaga marketing research
|
||
4
|
Kualitas
produk sangat kompetitif
|
0,10
|
3
|
0,30
|
3
|
Persaingan
kualitas dan desain produk sangat tinggi
|
||
5
|
Desain
dan rancang bangun produk umumnya diterima pasar
|
1,40
|
||||||
THREAT (T)
|
||||||||
1
|
Perilaku diversifikasi produk dari pesaing sangat
kreatif dan beragam
|
0,15
|
3
|
0,45
|
2
|
Perlunya
pengembangan profesionalisme tenaga marketing research
|
||
2
|
Regulasi subsidi dari pemerintah tidak banyak
dimanfaatkan
|
0,15
|
3
|
0,45
|
1
|
Manfaatkan
bantuan tehnis dan pendanaan kepada instansi terkait termasuk PIKKO
|
||
3
|
Peluang pasar banyak diluar dari core bisnis
perusahaan, namun tetap dikerjakan
|
0,05
|
2
|
0,10
|
4
|
Sebaiknya
core bisnis diperdalam dan diperluas terhadap produk after market
|
||
4
|
Penelitian pasar dibidang
produk-produk after market sangat minim dilakukan perusahaan
|
0,10
|
3
|
0,30
|
3
|
Perlunya
pengembangan profesionalisme tenaga marketing research
|
||
1,30
|
||||||||
Jumlah
|
1,00
|
|||||||
EFAS
|
2,70
|
|||||||
O
|
1,40
|
|||||||
T
|
1,30
|
|||||||
S - T
|
0,10
|
|||||||
ANALISIS KEKUATAN
INSTANSI
PELUANG (O)
|
2 -
1 -
0,75,
0,10
|
KELEMAHAN (W)
|
KEKUATAN (S)
|
1 -
2 -
ANCAMAN (T)
|
IFAS
|
2,65
|
EFAS
|
2,70
|
S
|
1,70
|
O
|
1,40
|
W
|
0,95
|
T
|
1,30
|
0,75
|
0,10
|
Berdasarkan analisis kekuatan instansi seperti
pada gambar tersebut diatas, dapat dideskripsikan baha berdasarkan analisis
IFAS dan EFAS, maka keberadaan perusahaan berada pada kuadran I, artinya berada
pada tuntutan perusahaan untuk memanfaakan berbagai macam peluang-peluang
bisnis yang ada dengan mengoptimalkan berbagai kuatan dan keunggulan yang
dimiliki perusahaan. Namun kosentrasi tersebut seyogyanya harus berhati-hati
pada kekuatan pesaing yang dapat menghambat perkembangan perusahaan mengingat
bahwa pesaing memiliki kekuatan tersendiri dalam program diversifikasi dan
rancang bangun rekayasa produk, yang umumnya mereka juga diterima didalam
pasar, artinya kekuatan perusahaan-perusahaan pesaing memiliki kekuatan yang
lebih besar dibanding oleh perusahaan, sehingga strategi yang sangat masuk akal
adalah secara up to date senantiasa menjadi pengikut pasar dengan beradaptasi
akan perubahan selera pasar dan konsumen.
MATRIK Internal dan Eksternal
Total Score Faktor Strategi Internal
4 3 2,65 2 1
I
Pertumbuhan melalui integrasi vertikal
|
III
Pertumbuhan
Turnaround
|
II
Pertumbuhan Konsentrasi melalui Integrasi horisontal
|
IV
Stabilitas
Hati-Hati
|
VI
Penciutan
Captive Company
atau Divesment
|
V
Pertumbuhan
melalui integrasi horisontal
Stabilitas
Tdk ada
perubahan
Profit
Strategi
|
2,70 -
Faktor
Strategi
Eksternal
IX
Retrenchment
(Likuidasi)
|
VII
Pertumbuhan Diversifikasi konsentrik
|
VIII
Pertumbuhan Diversifikasi konglomerat
|
1
IFAS
|
2,65
|
EFAS
|
2,70
|
S
|
1,70
|
O
|
1,40
|
W
|
0,95
|
T
|
1,30
|
0,75
|
0,10
|
Berdasarkan analisis IFAS dan EFAS
yang mana melahirkan analisis kekuatan instansi, dimana menghasilkan kedudukan
berada pada kuadran I, yaitu bagaimana memanfaatkan peluang-peluang bisnis yang
ada dengan memanfaatan berbagai kekuatan dan keunggulan perusahaan.
Analisis kekuatan instansi seperti tersebut diatas
memberikan isyarat yang konkrit terhadap pemanfaatan peluang-peluang bisnis yang ada
dengan memanfaatan berbagai kekuatan dan keunggulan perusahaan, hal ini menjadi
dasar untuk menjabarkan lebih detail tentang berbagai upaya pertumbuhan yang
diperlukan. Atas dasar analisis kuadran yang dipertegas oleh score yang
diperoleh pada kuadran I tersebut dapat direncanakan strategi yang tepat untuk
menghadapi keunggulan dalam bersaing yaitu:
1.
Melakukan
pertumbuhan melalui integrasi vertikal, hal ini dapat direfleksi sebagai upaya
untuk meningkatkan komitmen karyawan dan pimpinan tentang kepercayaan pelanggan
yang telah diperoleh, dimana selama ini pelanggan telah memberikan citra yang
positif terhadap perusahaan terutama menyangkut kualitas produk dan pelayanan
prima yang diberikan perusahaan. Pertumbuhan dalam hal ini diperlukan
meningkatkan pola pelayanan dengan melengkapi sarana dan prasarana pelayanan
yang diperlukan untuk menunjang program pola pelayanan untuk terus
meningkatkan kepuasan pelanggan.
2.
Melakukan
pertumbuhan kosentrasi melalui integrasi horizontal, kembangkan program
pemasaran dengan sistem on line, dan kembangkan profesionalisme tenaga
administrasi umum dan tenaga pemasaran dalam konteks kecakapan pengendalian
emosional dan pola pelayanan yang berorientasi akan peningkatan kepuasan
pelanggan.
3.
Stabilitas
hati-hati, dalam hal ini lebih menekankan bahwa hati-hati akan perubahan
perilaku pesaing, mengingat bahwa mereka cukup agresif mengembangkan rancang
bangun dan desain produk yang berkreasi, dan juga menyangkut pola pelayanan dan
program promosi mereka sangat berani untuk berkorban masalah financial.
4. Pertumbuhan melalui integrasi horizontal stabilitas, tidak ada perubahan dan profit oriented Strategi, artinya harga memberikan manfaat bagi pelanggan,
sangat dianjurkan untuk mempertahankan prestasi perolehan harga pokok yang
memberikan penjualan cukup kompetitif.
B A B V
P E N
U T U P
1. Kesimpulan
Penelitian ini pada prinsipnya memperoleh suatu
strategi keunggulan bersaing melalui kajian market commitment method, dimana
karyawan dan perusahaan seyogya memiliki komitmen untuk mengantisipasi perilaku
pesaing dan para pelanggan, terutama menyangkut kebijakan penetapan harga,
pebentukan pola pelayanan, kinerja yang efektif dan efisien dari karyawan serta
kecakapan pengendalian emosional yang berorientasi pada kepuasan konsumen.
Adapun perolehan analisis kuadran dan SWOT, maka disentesiskan strategi yang perlu
yaitu :
a.
Melakukan
pertumbuhan melalui integrasi vertikal, hal ini dapat direfleksi sebagai upaya
untuk meningkatkan komitmen karyawan dan pimpinan tentang kepercayaan pelanggan
yang telah diperoleh, dimana selama ini pelanggan telah memberikan citra yang
positif terhadap perusahaan terutama menyangkut kualitas produk dan pelayanan
prima yang diberikan perusahaan. Pertumbuhan dalam hal ini diperlukan
meningkatkan pola pelayanan dengan melengkapi sarana dan prasarana pelayanan
yang diperlukan untuk menunjang program pola pelayanan untuk terus
meningkatkan kepuasan pelanggan.
b.
Melakukan
pertumbuhan kosentrasi melalui integrasi horizontal, kembangkan program
pemasaran dengan sistem on line, dan kembangkan profesionalisme tenaga
administrasi umum dan tenaga pemasaran dalam konteks kecakapan pengendalian
emosional dan pola pelayanan yang berorientasi akan peningkatan kepuasan
pelanggan.
c.
Stabilitas
hati-hati, dalam hal ini lebih menekankan bahwa hati-hati akan perubahan
perilaku pesaing, mengingat bahwa mereka cukup agresif mengembangkan rancang
bangun dan desain produk yang berkreasi, dan juga menyangkut pola pelayanan dan
program promosi mereka sangat berani untuk berkorban masalah financial.
d.
Pertumbuhan melalui integrasi horizontal stabilitas, tidak ada perubahan dan profit oriented Strategi, artinya harga memberikan manfaat bagi pelanggan,
sangat dianjurkan untuk mempertahankan prestasi perolehan harga pokok yang
memberikan penjualan cukup kompetitif.
2. Saran
Ada beberapa saran yang perlu diformulasikan untuk
mendukung program pertumbuhan secara vertikal maupun secara horizontal secara
terinegrasi dengan kolaborasi lingkungan eksternal dan internal perusahaan,
diantranya :
a.
Untuk
mempertahankan citra positif dari pelanggan, baik menyangkut prestasi kerja yang
baik, maupun mutu produk yang ada, perlu mengembangkan program diversifikasi
produk yang menyentuh akan core bisnis perusahaan, dan seyogyanya meninggalkan
program peluang bisnis diluar core bisnis yang tidak mempunyai kaitan terhadap
main produk.
b.
Sehubungan
dengan hal tersebut kembangkan program marketing research, dan pola promosi
yang terintegrasi secara vertikal terhadap keunggulan-keunggulan main produk.
c.
Kembangkan
dan ikut sertakan karyawan dalam rangka meningkatkan profesionalisme pola
pelayanan, baik menyangkut kecakapan administrasi umum melalui keikutserta
program diklat legal drafting, sehingga karyawan dapat bertindak jauh dalam
menyelesaikan kontrak-kontrak dagang.
d.
Optimalkan
kapasitas produksi yang ada dipabrik, mengingat hal ini sangat berkaitan dengan
program penekanan efisiensi biaya produksi di pabrik, hal ini dapat dilakukan
jika perusahaan masih merasakan in efisiensi program proses produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Barrett, Derm, The TQM Paradigm.
Key Ideas That Make It Work. Portland ,
Oregon : Productivity Press, 1995.
Beck, Robert C. Motivation: Theories and Principles. New Jersey : Prentice-
Hall, 1990.
BusinessTown.Com, Time
Management. The Secret of Time Management Revealed. http://www.businesstown. com/time/
time-secrets.asp.
Covey, Stephen R. The 7 Habits of Highly Effective People
(Terjemahan Budijanto). Jakarta : Binarupa Aksara,
1997.
Drucker, Peter F. The Effective Executive.
(terjemahan Agus Teguh Handoyo) Jakarta: Elex Media Komputindo, 1997.
Gordon, Judith R. A Diagnostic
Approach to Organizational Behavior. Boston :
Allyn and Bacon, 1993.
Griffin, Ricky W. Management. New Delhi : A.I.T.B.S. Publishers &
Distributors, 1997.
Hersey, Paul & Kenneth H.
Blanchard. Management of Organizational Behavior: Utilizing Human Resources.
New Jersey: Prentice-Hall, 1988.
Kerlinger,
Fred N. Foundations of Behavioral Research. New York : Holt, Rinehart and Winston, Inc.,
1983
Newstorm,
John W. & Keith Davis. Organizational
Behavior; Human Behavior at Work. New Delhi: Tata Mc Graw-Hill Publishing,
1998.
Noe, Raymond A. et al. Human Resource
Managment. Boston:
Irwin McGraw-Hill, 2000
Robbins, Stephen P. Organizational Behavior. Concept.
Controversies. Application. New
Jersey : Prentice-Hall, Inc., 1996.
Rue,
Leslie W. & Lloyd L. Byars. Management:
Skills and Application Boston: Irwin, 1992.
Spencer, Lyle M. & Signe M. Spencer. Competence at
Work. Models for Superior Performance.
New York :
John Wiley & Sons, Inc., 1993.
Wagner
III, John A. & John R. Hollenbeck. Management
of Organizational Behavior. New
Jersey : Prentice-Hall, Inc., 1995.
Werther,
William B. & Keith Davis. Human
Resources and Personnel Management New
York : McGraw-Hill, Inc., 1993.
[1] Vincent Gaspersz, Manajemen Kualitas dalam Industri Jasa. (Jakarta
P.T. Gramedia Pustaka Utama, 2002), p.124
[2] Valerie A Zeithml, dan Mary Jo Bitner, Service
Marketing , (Bostom- Irwin : Mc Graw Hill,
2000), p. 75
[3] Peter D Bernnet,. Directory of Marketing Terms, (USA, American Marketing
Assosiation. 1988), p. 50
[5] Moh.
As’ad; Psikologi Industri (Yogyakarta
: Liberty,1991), p. 103
Komentar
Posting Komentar