Mengantisipasi tuntutan
perubahan
Berbagai perubahan nilai dan
paradigma dalam kehidupan suatu komunitas masyarakat bahkan suatu negara
diawali oleh lahirnya ide-ide kecil yang menjadi dasar pemikiran terhadap
perubahan kehidupan perekonomian secara holistik, dan bahkan banyak yang tidak
menyangka atau malah tidak percaya bahwa reposisi kekuatan perekonomian suatu
bangsa terletak dipundak seseorang yang
memberi spirit dan kontribusi atas berbagai ideologi besar yang lahir di saat
terdengar alunan simponi ratapan simiskin yang bodoh dan penggangguran.
Nazisme, Fasisme, Komunisme, Liberalisme dan Kapitalisme, adalah beberapa
diantaranya yang menginginkan kebebasan kehidupan yang nyata tanpa adanya
desakan dari siapapun. Ideologi-ideologi ini, yang merupakan penghasung
pemujaan pada materialisme, secara sadar telah menyandarkan diri pada ‘konsep
ilmiah’ dari seorang penguasa yang cinta terhadap masyarakatnya. Para
penggagasnya merasa mendapatkan pembenaran ilmiah atas berbagai tindakannya
yang tanpa disadari justru membawa bencana dan kesengsaraan bagi ummat manusia.
Anjuran hemat dalam kehidupan, kantomng-kantong kemiskinan, penggangguran,
korupsi kolusi, nepotisme, kerusuhan
antar dusun, etnik, pembunuhan, penyiksaan, perampasan, pelecehan hak dan
kehormatan atas anak bangsa dan pihak berseberangan dianggap sebuah tangga
titian menuju kejayaan. Kebanggaan dan kejumawaan atas ras dan ideologi menjadi
pendorong penindasan dan penistaan. Yang lemah harus menyingkir dan menjadi
budak mereka yang kuat. Penerus generasi dan peradaban adalah mereka yang kuat,
sementara yang lemah harus rela untuk lenyap dan tenggelam dalam catatan
sejarah. Demikianlah, suka atau tidak, inilah keniscayaan hukum alam yang mesti
diterima. Keniscayaan yang menjadi ruh evolusi yang dikemukakan Darwin.
Gagasan Darwin tentang
keunggulan ras (dalam hal ini kulit putih), kelangsungan hidup bagi yang
terkuat, pertentangan dalam mempertahankan hidup, benar-benar menjadi
kesempatan emas bagi para ideolog semacam Hitler, Heinrich von Treitchke,
Benito Mussolini, Karl Marx dan Friedrich Engels untuk mendapatkan sandaran
ilmiah atas gagasan-gagasan mereka. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari suka
citanya Engels kala membaca karya Darwin, The
Origin of Species. Engels menulis kepada Marx, “Darwin, yang kini sedang
saya baca, sungguh mengagumkan.” Lalu Marx pun menjawab, “Ini adalah buku yang
berisi dasar berpijak pada sejarah alam bagi pandangan kita.”
Hal yang sama juga dilakukan
Hitler melalui praktek Eugenics.
Eugenics adalah praktek pemurnian ras yang mengatakan bahwa ras manusia dapat
diperbaiki dengan cara yang sama sebagaimana hewan berkualitas baik dapat
dihasilkan melalui perkawinan hewan-hewan yang sehat. Maka kala ilmu aneh ini diterapkan,
atas perintah rahasia Hitler, dilenyapkanlah ribuan orang-orang berpenyakit dan
cacat disamping memperbanyak jumlah manusia sehat.
Itulah contoh-contoh kasus dari
badai bencana akibat Darwinisme terhadap kemanusiaan yang dari waktu kewaktu
seiring mengikuti perubahan kepemimpinan nasional, perubahan sistem
ketatanegaraan dan berbangsa bagi bangsa Indonesia. Masih ada lagi ‘karya’ para
pembawa sengsara lain yang jejaknya jelas bertebaran di muka bumi. Inilah
gagasan yang terlihat ilmiah pada tampak luarnya, namun sesungguhnya menyimpan
sebuah agenda ‘penyesatan’ yang luar biasa. Inilah juga potret dari faham yang
menjadi keyakinan banyak orang, termasuk kalangan ilmuwan ternama sekalipun.
Faham yang secara sistematis dan memabukkan membawa penganutnya pada
pengingkaran akan nilai–nilai kebaikan dan keadilan. Juga, faham yang kemudian
mengarahkan manusia untuk mengingkari nilai ke Tuhanan.
Tulisan pendek ini kami persembahkan
kepada Anda para pembaca yang budiman, adalah sebuah karya yang berbicara
melalui argumen yang nalar dengan dukungan data dan dokumen otentik.
‘Kekejaman’ kata-katanya, andai mau dianggap demikian, dapat menjadi shock therapy bagi kita yang
hampir-hampir menjadikan Darwinisme dan Teori Evolusi ‘firman’ yang tak
terbantahkan atau dogma yang kebenarannya harus diterima tanpa perlu adanya
pembuktian. Saatnyalah untuk berhenti sejenak, merenungi kenyataan yang
sesungguhnya apakah perubahan dapat dijadikan sesuatu manfaat untuk menggapai
peluang hidup yang lebih cerah dimasa datang atau bahkan menjadi kendala bagi
perkembangan peradaban dan perekonomian suatu bangsa tergantung pada kita yang
menafsirkannya.
Pengembangan instrumen penelitian Manajemen Perubahan dapat dilihat pada halaman lain,
Khusus untuk proses councelling Bapak / Ibu dapat menghubungi kami melalui 081210365573 atau email : www.ssukmaadnan@gmail.com
Khusus untuk proses councelling Bapak / Ibu dapat menghubungi kami melalui 081210365573 atau email : www.ssukmaadnan@gmail.com
· Instrumen penelitian manajemen perubahan tersebut dapat dikembangkan untuk kebutuhan diri sendiri, organisasi maupun untuk penyusunan penelitian skripsi Tesis (S-2) maupun (S-3) Bagi anda para mahasiswa silahkan mencoba
Komentar
Posting Komentar